PONTIANAK, KOMPAS— Banjir masih melanda sejumlah daerah di Kalimantan dan sebagian Pulau Jawa. Di Kecamatan Ngabang dan Kuala Behe, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, banjir setinggi 1-2 meter membuat 163 warga mengungsi akibat luapan Sungai Landak dan Behe seusai hujan tinggi.
Banjir di Ngabang, sekitar 100 kilometer dari Pontianak (ibu kota Kalbar), terjadi sejak 15 Februari. ” Sebanyak 96 warga mengungsi di Koramil. Lalu, 67 warga mengungsi di rumah penduduk. Banjir itu melanda lima desa,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Landak Banda Kolaga, Senin (18/2/2019).
Pemerintah Kabupaten Landak menetapkan status tanggap darurat banjir dan sedang menyusun rencana anggaran penanganan banjir.
Selain di Ngabang, banjir juga masih merendam Kecamatan Kuala Behe di Desa Permit. Tagas (50), warga Kuala Behe, mengungkapkan, banjir di Permit masih setinggi sekitar 2 meter akibat meluapnya Sungai Behe.
Di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, banjir akibat luapan Sungai Tapin juga merendam sejumlah daerah. Status siaga darurat bencana alam di Kalsel terhitung mulai 1 Januari sampai 30 April 2019.
Banjir merendam permukiman 103 warga di Kelurahan Rantau Kiwa dan Kelurahan Rangda Malingkung, Kecamatan Tapin Utara. Hingga Senin (18/2), permukiman masih terendam air setinggi sekitar 50 cm. ”Sejauh ini, tidak ada warga yang mengungsi,” kata Kepala BPBD Kalsel Wahyuddin.
Kalsel siaga darurat banjir, longsor, puting beliung, dan gelombang tinggi. Di Bandung, Jawa Barat, banjir di Baleendah berangsur surut. Namun, lebih dari 100 warga masih mengungsi. Minggu lalu, ketinggian banjir di kawasan itu mencapai 120 cm. Sehari berselang, banjir berangsur surut menjadi 50 cm.
Hingga Senin siang, 111 warga masih mengungsi di Gedung Inkanas, Baleendah. Di gedung berukuran 10 meter x 15 meter itu mereka tidur beralas terpal dan selimut. Beberapa pakaian dijemur di dekat jendela.
Sejumlah warga lebih dari sepekan mengungsi di tempat itu. Salah satunya Neti (39), warga Kelurahan Andir, yang mengungsi bersama suami.
Sementara itu, warga di sejumlah pegunungan di Jawa Tengah diminta waspada. Intensitas hujan masih tinggi, 300 milimeter per bulan.
”Hingga Maret, masyarakat, terutama di pegunungan, diharapkan waspada dampak susulan, seperti banjir atau longsor,” ujar Koordinator BMKG Jawa Tengah Tuban Wiyoso di sela-sela kegiatan Sekolah Lapang Iklim. (ESA/JUM/RTG/EGI)