Tempa Diri di Jemur Adventure Park
Ide membangun usaha dengan dana desa bisa macam-macam. Desa Jemur di Kebumen memilih wisata edukasi ”outbound”. Selain membangun karakter generasi muda, usaha itu mampu menyejahterakan warga dan kas desa.
Riuh suara ratusan pelajar SMP terdengar dari lereng bukit di Desa Jemur, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Minggu (27/1/2019) pagi.
Mereka bernyanyi, meneriakkan yel-yel, dan bermain gim dengan pendampingan tim instruktur Jemur Adventure Park (JAP). Lereng bukit yang kurang produktif, lima tahun terakhir, dikelola warga menjadi tempat menempa diri sekaligus membangun karakter anak muda.
Pagi itu, 130 pelajar dari SMPN 1 Adimulyo, Kebumen, yang ikut kegiatan Pramuka serta Palang Merah Remaja berada di JAP. Tempat ini berjarak sekitar 3 kilometer ke arah utara dari Alun-alun Kota Kebumen dan 300 meter dari Kantor Desa Jemur.
Jalan terjal menuju JAP menjadi pemanasan bagi para pengunjung. Namun, pohon jati yang rindang mampu menghalau terik matahari. Apalagi, angin berembus semilir.
Di pendopo berkapasitas 200 orang, ratusan pelajar SMP itu duduk bersila sambil mengikuti arahan dari tim instruktur. Kegiatan diawali aneka permainan dan pencair suasana. Mereka didorong jujur. Siapa yang melakukan kesalahan dalam permainan, berani mengakui, dan menerima hukuman berupa coretan lipstik mendapat pujian dari instruktur.
Sebelum dilanjutkan dengan permainan luar ruangan, para peserta diajak menyanyikan lagu ”Indonesia Raya”. ”Masa depan Indonesia ada di pundak kalian semua.
Dalam kurun 15-20 tahun ke depan, siapa tahu di antara alumnus SMPN 1 Adimulyo ada yang menjadi Bupati Kebumen. Mulai dari sekarang tanamkan bahwa kalian cinta Indonesia,” kata koordinator instruktur, Suyanto, kepada peserta.
Setelah mendapat pengarahan instruktur dan memakai peralatan pengaman, peserta melakukan tantangan permainan di ketinggian 3 meter, yakni panjat pohon, berjalan di atas tali baja sepanjang 20 meter, jaring laba-laba, jembatan goyang, rel kereta, dan flying fox.
Salah satu peserta, siswi kelas IX, Emi Yunianti (15), tampak bimbang. Namun, rasa penasaran dan keinginan mencoba mengalahkan ketakutannya.
Sempat menjerit panik saat tali berguncang kencang, Emi akhirnya mampu menyelesaikan seluruh tantangan. ”Deg-degan banget. Tadi pengin nangis waktu di atas karena takut jatuh,” kata Emi.
Emi yang bercita-cita menjadi guru mengatakan, pengalaman bermain itu mengajarkan untuk berani melangkah dan pantang menyerah.
Kepala SMPN 1 Adimulyo Edy Susiadi Purnama mengatakan, aktivitas luar kelas ini dipilih agar para peserta didik belajar bertanggung jawab kepada diri sendiri.
”Kegiatan ini mengelola semua indera. Melatih keberanian dan mental. Setelah kembali ke sekolah, anak-anak diharapkan lebih semangat dan lebih segar untuk belajar. Para guru juga bisa melihat dan mengadopsi cara belajar yang menyenangkan,” ujarnya.
Suyanto menyatakan, kegiatan di JAP untuk mendorong serta melatih generasi muda agar memiliki karakter dan mental berani bersaing secara positif.
Selain sarana berlatih bagi peserta, JAP menjadi ajang menempa diri bagi instruktur yang umumnya warga sekitar.
Saefudin Zuhri (21), mahasiswa semester VI Politeknik Darma Patria, Kebumen, yang merupakan salah satu instruktur di JAP, menuturkan, dirinya belajar sabar dan bertanggung jawab pada pos permainan yang dipercayakan kepadanya.
Terus berkembang
Berdasarkan catatan pengurus JAP, jumlah kunjungan pada 2017 ada 7.500 orang dan 2018 sebanyak 9.700 orang. Selain dari Kebumen, pengunjung berasal dari Purworejo, Banyumas, Cilacap, Wonosobo, dan Pati.
Omzet tahun 2017 mencapai Rp 130 juta dengan laba bersih Rp 32 juta. Sementara 2018, omzet Rp 180 juta dengan laba bersih Rp 45 juta.
Saat ini, setiap peserta kegiatan dipungut biaya Rp 22.500. Dana yang masuk digunakan untuk perawatan peralatan, bagi hasil kepada pemilik lahan, uang saku instruktur yang berjumlah 20 orang, kas desa, dan untuk pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sido Makmur yang menaungi JAP.
Desa Jemur dihuni 850 keluarga yang terdiri dari 3.100 penduduk. Lebih dari 50 persen warga bekerja sebagai buruh, mulai dari buruh pabrik, buruh bangunan, hingga buruh tani. Sebagian lagi bekerja sebagai perajin batik, pedagang, guru, dan pegawai negeri.
Menurut Kepala Desa Jemur Eny Budiwati, JAP dirintis sejak 2014 menggunakan dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan. Biaya untuk membangun wahana edukasi dan akses 800 meter total Rp 1 miliar.
Dulu, usulan warga setiap RT dan RW ada macam-macam. Ada yang mengusulkan membuat wisata religi dan peningkatan saluran irigasi. ”Namun, wisata edukasi outbond dipilih karena di Kebumen wisata ini belum ada,” kata Suyanto.
Suyanto yang mengelola JAP belajar membangun dasar-dasar pelatihan kepemimpinan dan permainan outbond dari Shelter Mitra Petualang, konsultan outbond di Purwokerto yang membuat obyek wisata air di Owabong, Purbalingga. Awalnya dilatih lima instruktur. Kini sudah ada 20 instruktur.
”Perekrutan lewat pendaftaran, dilanjutkan seleksi. Untuk team building dicari orang yang cakap berbicara dan latar belakang pendidikan sesuai. Untuk tim di pohon dicari orang yang mampu bertanggung jawab dan sehat fisik,” ujarnya.
Eny mengatakan, JAP mendorong perubahan sosial dan ekonomi desa. ”Di masa liburan, pemuda desa mendapat pemasukan tambahan dari menjadi instruktur Rp 50.000-Rp 70.000. Pemilik lahan mendapat uang sewa Rp 1 juta-Rp 2 juta per tahun,” ujarnya.
Belakangan dibentuk BUMDes dan aset JAP masuk ke desa. Sejak 2016 hingga 2018, dana desa Rp 130 juta dialokasikan sebagai penyertaan modal BUMDes dan pengembangan JAP.
Dana desa yang diterima Desa Jemur tahun 2016 adalah Rp 600 juta, 2017 sebesar Rp 700 juta, dan Rp 919 juta pada 2018. ”Kami menawarkan wisata edukasi melalui pembangunan karakter. Ke depan kami akan mengembangkan wisata tubing sungai,” ucap Eny.