SURABAYA, KOMPAS —Kementerian Perhubungan bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur berencana mengembangkan perkeretaapian di lingkup regional untuk mengintegrasikan Kota Surabaya dan wilayah sekitarnya, seperti Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, dan Pasuruan.
”Surabaya sebagai kota terbesar kedua belum terlambat melakukan perencanaan angkutan massal dengan baik,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di sela acara focus group discussion di Surabaya, Kamis (21/2/2019).
Acara itu dihadiri Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, Kasubdit Transportasi Darat dan Jalan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Dail Umamil Asri, pakar transportasi dari Institut Teknologi Sepuluh November Hera Widyastuti, dan konsultan dari Jerman.
Menurut Budi Karya, pihaknya menyerahkan konsep layanan perkeretaapian yang akan dikembangkan di regional Jatim ke pemerintah provinsi, pemerintah daerah, masyarakat, dan akademisi. Pemerintah pusat memberi dukungan berupa pemikiran, perencanaan, dan pendanaan.
Sistem angkutan massal idealnya dipikirkan sebelum membangun sebuah kota agar biaya yang dikeluarkan tidak tinggi dan waktu yang diperlukan tidak berlarut-larut karena ada perubahan tata kota dan tata ruang. Pembangunan angkutan massal berbasis rel di Indonesia jauh tertinggal dibanding negara lain.
Namun, pengembangan tidak boleh ambisius, harus memperhitungkan kemampuan anggaran. Keterlibatan swasta harus dipikirkan sejak awal untuk mengurangi beban anggaran pemerintah. Banyak pola kerja sama yang bisa dijalankan, seperti skema build operate transfer (BOT) dan skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU).
”Hal lain yang perlu diperhatikan, moda angkutan yang sudah eksis bisa menjadi bagian dari sistem yang dikembangkan dan bukan menjadi entitas sendiri,” katanya.
Emil mengatakan, pembangunan sistem transportasi massal yang terintegrasi diharapkan mampu meningkatkan daya saing ekonomi Jatim. Dengan penduduk 40 juta orang dan luas sekitar 50.000 kilometer persegi, Jatim berkontribusi sekitar 15 persen terhadap perekonomian nasional. Industri Jatim berkontribusi sekitar 25 persen terhadap industri nasional.
”Dari 38 kabupaten dan kota di Jatim, penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar, 50 persen, adalah lima kota dan kabupaten di wilayah ring satu. Surabaya saja menyumbang 25 persen pertumbuhan ekonomi Jatim,” tutur Emil.
Dari gambaran itu terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Jatim terkonsentrasi di Surabaya dan empat kabupaten yang masuk wilayah ring satu, yakni Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, dan Pasuruan.
Dengan hadirnya sistem transportasi massal yang terintegrasi, perekonomian Jatim memiliki potensi lebih besar untuk dikembangkan. Sistem ini dirancang tidak hanya untuk mobilitas penumpang, tetapi juga untuk logistik atau barang. (NIK)