SOLO, KOMPAS - Gerakan memberantas jentik dan sarang nyamuk Aedes aegypti terus gencar dilakukan untuk menanggulangi serangan demam berdarah dengue di Sragen, Jawa Tengah. Tren laporan kasus demam berdarah dengue atau DBD kini mulai menurun.
“Sekarang (kasus DBD) sudah mulai menurun,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sragen Hargiyanto di Sragen, Jawa Tengah, Senin (25/2/2019).
Menurut Hargiyanto, berdasarkan data Dinas Kesehatan Sragen, selama Februari 2019 hingga pekan ketiga, jumlah terlapor kasus demam berdarah dengue (DBD) tercatat sejumlah 181. Dari jumlah tersebut, positif DBD sebanyak 10 dan demam dengue (DD) sebanyak 54. Sebelumnya, selama Januari 2019 tercatat ada 780 kasus DBD yang dilaporkan. Dari jumlah itu, berdasarkan diagnosis diferensial elektronik sebanyak 40 diantaranya positif DBD.
Hargiyanto mengatakan, berbagai upaya dilakukan untuk menekan serangan DBD di Sragen, antara lain menggencarkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melibatkan masyarakat dan aparatur sipil negara, melakukan pengasapan, mengoptimalkan kader juru pemantau jentik (jumantik) dan gerakan satu rumah satu jumantik. Selain itu, Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati juga terus berkeliling ke setiap kecamatan mengajak warga melakukan PSN. “Semua upaya dikerahkan,” katanya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Solo Siti Wahyuningsih mengatakan, hingga pekan ketujuh 2019 ada delapan kasus DBD di Solo. Meskipun lebih rendah dari daerah lain sekitar Solo, pihaknya meminta masyarakat tetap harus mewaspadai serangan DBD. Pasalnya, 2019 merupakan puncak siklus lima tahunan penyebaran DBD. “Siklusnya (DBD) lima tahunan dan lima tahunan itu pada 2019 ini. Jadi 2019 ini akan naik,” ujarnya.
Menurut Wahyuningsih, upaya mencegah merebaknya DBD di Solo telah dilakukan dengan menggerakan masyarakat memberantas sarang nyamuk. Selain itu, dilakukan kegiatan pemantauan jentik berkala (PJB).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Solo, tren kasus DBD di Solo menurun. Pada 2016 ada sebanyak 751 kasus DBD, 2017 turun menjadi 146 kasus, dan 2018 turun menjadi 24 kasus. Penurunan kasus DBD antara lain karena sejak 2017 telah mengimpelementasikan gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik.