Selain Memantau, Posyandu Juga Dampingi Anak ”Stunting”
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Pos pelayanan terpadu atau posyandu menjadi ujung tombak layanan kesehatan bagi ibu dan anak balita. Keberadaan posyandu tidak hanya untuk memantau kondisi penderita tengkes atau stunting, tetapi juga memberikan pendampingan bagi penderita tengkes.
Tengkes pada anak akan berdampak pada aktivitas kerja mereka di umur produktif dan memunculkan potensi obesitas, gangguan jantung, dan diabetes di umur 40 tahun ke atas. Karena itu, tengkes atau tubuh pendek akibat kurang gizi kronis menjadi persoalan yang membutuhkan penanganan serius.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Jawa Timur Vitria Dewi ketika menghadiri Festival Puskesmas Kreatif di Banyuwangi, Senin (4/3/2019). Ia mengakui, tidak mudah menurunkan angka kasus tengkes. Namun, masih ada upaya yang bisa dilakukan agar perkembangan otak penderita tengkes tidak terganggu dan dapat dioptimalkan.
Pada kondisi tersebut, posyandu dapat mengambil peran pencegahan dan penanggulangan. Posyandu memiliki tugas penting dalam memantau mulai dari ibu mengandung hingga bayi berusia 5 tahun.
”Peran pos pelayanan terpadu sangat penting bagi pencegahan dan penanggulangan stunting. Pencegahan dimulai sejak mengandung, pada 1.000 hari pertama kehidupan. Saat itu, posyandu harus memastikan setiap ibu mengandung mendapat asupan gizi yang cukup,” tuturnya.
Menurut Vitria, posyandu tidak hanya bertugas untuk mendeteksi tengkes, tetapi juga membantu memastikan anak-anak penderita tengkes mendapat asupan gizi yang cukup.
Jika ditemukan kasus tengkes, lanjut Vitria, posyandu wajib melakukan penanggulangan. Posyandu memiliki peran untuk membantu mengurangi potensi dan dampak negatif tengkes pada anak.
”Posyandu tidak hanya memvonis atau mendeteksi stunting pada anak, tetapi juga mengurangi potensi dari dampak negatif stunting. Kader posyandu seharusnya mendampingi dan membantu orangtua agar anak penderita stunting bisa mengejar kebutuhan gizi mereka,” ujarnya.
Kader posyandu seharusnya mendampingi dan membantu orangtua agar anak penderita ’stunting’ bisa mengejar kebutuhan gizi mereka.
Vitria menambahkan, beberapa faktor penyebab tengkes antara lain gizi buruk, rendahnya pendidikan orangtua, kebersihan lingkungan yang buruk, rendahnya daya beli masyarakat, dan minimnya ketersediaan pangan. Faktor-faktor tersebut merupakan kondisi yang bisa diatasi secara sinergis dan konvergen atau tertuju pada tujuan yang sama.
Dinas Kesehatan Jawa Timur mencatat, persentase anak balita tengkes di Jawa Timur mencapai 22,5 persen. Dinas Kesehatan Jawa Timur menargetkan penurunan persentase angka tengkes sebesar 1 persen per tahun.
Kabupaten Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan menjadi tiga kabupaten dengan jumlah tengkes tertinggi. Hal itu disebabkan rendahnya pelayanan gizi pada 1.000 hari pertama kehamilan serta buruknya pola makan, pola asuh, dan sanitasi.
Kendati tidak masuk dalam kabupaten dengan jumlah penderita tengkes tertinggi, Kabupaten Banyuwangi terus mewaspadai munculnya kasus tersebut. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi dr Widji Lestariono mengatakan, di Banyuwangi ada anak tengkes, tetapi jumlahnya sangat sedikit.
”Angka stunting kita jauh di bawah 0,05 per seribu anak. Namun, kami tetap waspada dan memastikan seluruh anak di Banyuwangi cukup gizi. Salah satu caranya ialah menghadirkan taman posyandu yang menggandeng dinas pertanian serta dinas perikanan dan pangan untuk pemenuhan asupan gizi kepada anak-anak,” ucapnya.
Dinas Kesehatan Banyuwangi juga terus mendorong posyandu untuk melakukan inovasi pada layanan kesehatan masyarakat. Ia mencontohkan program Inovasi Aksi Ramah Peduli Pemulihan Gizi atau Sirami Gizi dari Puskesmas Singotrunan yang mengidentifikasi, menginventarisasi, dan mengintervensi anak balita gizi buruk.
Melalui program tersebut, Puskesmas Singotrunan menggelar lomba bayi penderita gizi buruk. Bayi yang mengalami gizi buruk dipantau kesehatan dan grafik pertumbuhannya. Bayi dengan peningkatan berat badan yang paling signifikan bakal diberi hadiah.