BOLAANG MONGONDOW, KOMPAS —Masa pencarian korban tambang runtuh di Desa Bakan, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, diperpanjang tiga hari. Hingga hari ketujuh pencarian atau Senin (4/3/2019), tim pencari masih kesulitan membongkar reruntuhan tanah yang menimbun korban di dalam lubang.
Direktur Operasi Badan Pencarian dan Pertolongan (SAR) Nasional Brigadir Jenderal TNI (Mar) Budi Purnama mengatakan, masa pencarian diperpanjang karena hingga tujuh hari setelah peristiwa, tim belum berhasil mengevakuasi sisa korban yang tertimbun. Sesuai dengan kesepakatan tim pencari gabungan, waktu pencarian ditambah tiga hari.
”Kami akan all out selama 24 jam sampai tuntas. Nanti tiga hari ke depan kami lihat lagi. Kalau masih memungkinkan, kami teruskan. Sampai betul-betul korban tidak mampu lagi dievakuasi karena kondisi medan di dalam (lubang),” ujar Budi Purnama di depan lokasi tambang yang runtuh, kemarin.
Sejak Selasa malam hingga Kamis (26-28/2), tim pencari gabungan beserta masyarakat berhasil mengevakuasi 28 petambang, 10 di antaranya meninggal. Setelah itu, evakuasi dihentikan sementara.
Mulai Senin, evakuasi dilanjutkan menggunakan alat berat untuk mengangkut reruntuhan batu dan tanah. Namun, pergerakan alat berat terbatas karena medan terjal dan kondisi batu labil.
Menurut Budi, evakuasi korban terkendala banyaknya bebatuan besar dan labil yang berserakan di dalam lubang. Kondisi ini dapat membahayakan tim pencari yang mencoba memasuki lubang. ”Ada batu yang seberat 3 ton dan sudah disingkirkan alat berat. Masih banyak batu yang seperti itu,” ucap Budi.
Petambang ditemukan
Kemarin sore, tim pencari gabungan menemukan beberapa potongan jasad petambang yang dimasukkan dalam dua kantong mayat. Potongan tubuh itu dievakuasi dengan dibantu alat berat. Belum dapat dipastikan jasad yang tidak utuh tersebut apakah dari orang yang berbeda.
Potongan jenazah dibawa ke pos ante mortem kepolisian di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kotamobagu untuk diidentifikasi. Di rumah sakit, sejumlah keluarga korban menunggu untuk mengetahui identitas jasad petambang.
Salah satunya Nurpina Mokodompit (42), warga Pontodon Timur, Kotamobagu. Dia menunggu kepastian kondisi anaknya, Muhammad Reza Sipasi (19), yang diduga masih tertimbun di dalam lubang. Sejak meminta izin untuk ikut menambang di lokasi tersebut, Reza belum pulang.
”Saya harap anak saya bisa ditemukan dalam bentuk potongan kaki atau apa pun kondisinya. Tetap saya terima karena mau saya makamkan,” ucap Nurpina.
Lubang tambang emas ilegal di Desa Bakan runtuh pada Selasa (26/2) pukul 21.10 Wita. Tanah dan bebatuan yang longsor menimbun para petambang. Jumlah petambang yang berada di dalam lubang masih simpang siur, tetapi diperkirakan 30 hingga 70 orang. (ILO/REN)