SURABAYA, KOMPAS Kebun Binatang Surabaya menjadi kebun binatang pertama yang mengoleksi komodo dan berhasil membiakkannya. Dalam dua bulan terakhir, 74 telur komodo dapat ditetaskan sehingga menambah koleksi komodo di sana menjadi 142 ekor.
Dari 114 telur yang dihasilkan tujuh indukan komodo, 74 telur dapat ditetaskan. Telur-telur itu mulai diinkubasi sejak Juni dan membutuhkan waktu enam-tujuh bulan untuk menetas.
”Menetaskan (telur menjadi) 74 bayi komodo dalam satu siklus bukanlah hal mudah. Prestasi ini diharapkan menjadi titik awal kebangkitan Kebun Binatang Surabaya (KBS) sebagai salah satu lembaga konservasi pembiakan komodo di Indonesia,” kata Direktur Utama Perusahaan Daerah Taman Satwa KBS Chairul Anwar, Selasa (5/3/2019).
Di kebun binatang yang dibangun 102 tahun silam itu, ada 2.260 satwa yang menempati area seluas 15 hektar. Komodo menjadi salah satu satwa unggulan dari 231 spesies satwa di KBS. Keberadaan 142 komodo itu menjadi daya tarik wisatawan yang ingin melihat komodo tanpa harus mengunjungi habitatnya di Pulau Komodo.
Komodo yang memiliki nama Latin Varanus komodoensis menjadi salah satu satwa yang memiliki sejarah panjang di KBS. Bahkan, Kompas edisi 28 Oktober 1970 menulis, komodo di KBS ditukar dengan sepasang angsa dari Kebun Binatang Washington oleh Ibu Tien Soeharto. Angsa dari AS itu menjadi satu-satunya di Indonesia kala itu.
Komodo koleksi KBS dilaporkan pertama kali bertelur pada 1981. Setelah itu, KBS juga berhasil menetaskan telur komodo, di antaranya 12 telur menetas pada April 2002, 28 telur menetas pada Maret 2009, dan 12 telur menetas pada Maret 2011.
Selain berita soal bertambahnya komodo, Kompas juga pernah mencatat kematian dan hilangnya komodo di KBS. Kompas edisi Senin (16/8/2010) mewartakan, 40 anak komodo mati karena sangkar terlalu kecil dan kekurangan sinar matahari. Satwa itu mati antara Juni 2009 dan Maret 2010.
Kemudian, sepanjang 2011, ada empat komodo mati dan tiga hilang. Hilangnya komodo terjadi pada 1 Maret sebanyak satu ekor dan dua ekor pada 5 Maret 2011. Anak komodo yang hilang itu berusia sekitar satu tahun dengan rata-rata panjang tubuh 1,13 meter dan berat 1,5 kg.
Pada 23 Oktober 2011, seekor komodo berusia delapan tahun mati karena infeksi kandung telur, menyusul dua komodo lain. Sebulan berikutnya, seekor komodo berusia 20 tahun mati akibat trauma. Catatan terakhir kematian komodo di KBS terjadi pada 3 Juni 2014, yang menyebutkan dua komodo mati.
Untuk meningkatkan daya tarik wisata, KBS berupaya melakukan revitalisasi di zona konservasi, edukasi, dan rekreasi. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Antiek Sugiharti berharap KBS bisa memaksimalkan potensinya untuk menarik wisatawan. (SYA)