Akses Jalan Terendam, Perahu Jadi Andalan Mobilitas
Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
·3 menit baca
BOJONEGORO, KOMPAS — Akses jalan di Desa Lebaksari, Kalisari, dan Tanggungan, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, hingga Sabtu (9/3/2019) masih terendam luapan Bengawan Solo setinggi 20-140 sentimeter.
Warga pun masih menggunakan perahu untuk mobilitas mereka, baik ke pasar, bekerja, maupun sekolah. Barang hasil produksi pertanian termasuk pisang pun diangkut dengan perahu.
Sumadi (57) menyatakan, warga sudah tidak terkejut dan terbiasa setiap Bengawan Solo meluap sehingga tak ada yang mengungsi. Genangan di sekitar rumahnya bahkan setinggi 140 cm. ”Kami hanya berharap, genangan tidak berlangsung lama,” katanya.
Akibat banjir dan putusnya akses jalan, warga mengeluarkan biaya ekstra. Sekali menggunakan jasa perahu Rp 3.000-Rp 10.000 bergantung pada jarak. ”Biasanya naik sepeda atau diantar pakai motor. Tapi genangan tinggi, ya, naik perahu," ujar Apriliani (16), pelajar yang menumpang perahu pada pukul 14.30.
Perahu-perahu ditambatkan di areal persawahan dekat akses jalan paving block Kalisari-Lebaksari. Perahu pun harus melintasi sawah dan tegalan, lalu masuk ke Bengawan Solo menuju rumah rumah warga yang menggunakan jasanya.
Terpisah akses jalan Dusun Sawo, Kecamatan Maduran, sepanjang 400 meter juga masih tergenang banjir akibat jebolnya tanggul dalam pada Kamis (7/3/2019). Warga pun harus memutar 2,5 kilometer.
Sawah yang terendam dimanfaatkan beberapa warga untuk memancing. Warga yang memancing di genangan banjir juga terlihat di Banaran, Kecamatan Babat.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamongan, sebanyak 481 rumah, sepanjang 2,5 kilometer jalan desa, dan seluas 30 hektar sawah tambak terendam banjir.
Memperkuat tanggul
Kepala BPBD Lamongan Zaini menuturkan, upaya mengurangi risiko dampak luapan antara lain dengan memperkuat tanggul yang jebol di Mluwur, Kecamatan Glagah.
Hingga saat ini, ada 16 desa di lima kecamatan terdampak luapan Bengawan Solo, yakni Kecamatan Babat, Laren, Karanggeneng, Glagah, dan Maduran. Genangan naik terjadi di Desa Plangwot, Kecamatan Laren.
Warga Plangwot, Wijianingsih (52), menyebutkan, ada dua RW yang rumahnya terendam. Sebagian genangan air menerjang pekarangan.
Pintu air di Sudetan Plangwot-Sedayulawas pun dibuka untuk mempercepat aliran air ke laut. Tak jauh dari pintu air berjarak 200 meter, ada Posko Penanggulangan Bencana Kepolisian Resor Lamongan dan posko kesehatan. Anggota Polres Lamongan langsung turun memberikan bantuan kepada korban banjir sebagai bentuk kepedulian polisi kepada masyarakat.
Kepala Polres Lamongan Ajun Komisaris Besar Feby DP Hutagalung menyatakan prihatin atas musibah banjir. Anggota diterjunkan secara langsung agar bisa ikut merasakan apa yang dirasakan korban banjir. Posko siaga bencana di Desa Plangwot didirikan untuk memudahkan pemantauan situasi terkini dan merekatkan silaturahmi dengan masyarakat.
Selain merendam rumah dan lahan pertanian, banjir akibat luapan Bengawan Solo juga merendam sarana pendidikan, antara lain SD Negeri Plangwot 1 yang terendam setinggi 30-50 cm. Halaman sekolah pun terendam 70 cm sejak Kamis. Kegiatan belajar mengajar dialihkan ke mushala terdekat.
Sementara berdasarkan data BPBD Jatim, secara keseluruhan banjir di Lamongan menerjang 679 rumah yang dihuni 3.165 jiwa. Sementara di Gresik, luapan air menerjang Desa Bangeran, Gedong, dan Bulangan di Kecamatan Dukun setinggi 45 cm; Desa Bungah dan Sidomukti, Kecamatan Bungah, setinggi 20-40 cm; serta Desa Pesanggaran, Kecamatan Manyar, setinggi 20 cm.
Di Bojonegoro, posisi turun dari siaga kuning ke siaga hijau. Namun, warga masih diminta waspada karena curah hujan lokal, luapan anak sungai Bengawan Solo, serta limpahan air dari Ngawi dan Madiun. ”Tren debit air turun, tetapi tetap harus waspada,” kata Kepala BPBD Bojonegoro Nadlif Ulfia.