Noken, Penjaga Para Perempuan Tangguh
Ayoi Bou Mem Nye A Aibow Kumnia
Lirik lagu dalam bahasa suku Hatam, Papua Barat, berulang kali disenandungkan Siyana Wonggor (60). Lirik itu mengajak orang agar rajin dan bekerja keras. Lagu itu dinyanyikan saat para perempuan merajut noken.
Irama lagu itu menjadi energi bagi Siyana. Jari jemarinya lincah menganyam benang serat kayu bakal noken. Polanya seperti jaring berbentuk segi delapan kecil.
”Dua minggu lagi baru selesai,” kata Siyana memperlihatkan karyanya yang baru setengah jadi saat ditemui di Distrik Minyambouw, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, Sabtu (23/2/2019).
Noken adalah rajutan khas tanah Papua. Bahannya serat kulit kayu, daun pandan, atau batang anggrek. Serat-serat itu diproses menjadi benang untuk dirajut dalam bentuk tas. Perlu waktu 2-3 minggu untuk menyelesaikan satu noken.
Siang itu, Siyana tidak sendiri. Bertudung payung besar warna-warni guna menahan sengatan matahari, Siyana ditemani Novrentina (8), cucunya. Sesekali, Siyana menunjukkan hasil rajutan ke Novrentina yang memperhatikan dengan penuh minat.
Siyana adalah satu dari puluhan mama (perempuan yang sudah menikah) yang berkumpul di Desa Minyambouw, Distrik Minyambouw. Sebagian warga Pegunungan Arfak turun gunung meramaikan acara pengukuhan program Mama Noken dan Noken Anak yang digagas pemkab untuk mempertahankan eksistensi noken.
Para mama datang dengan dandanan terbaik. Tubuh dibalut sarung warna-warni. Kalung manik-manik merah dan kuning menjuntai di leher. Ragam hiasan di kepala mulai dari tanaman hutan hingga bulu cenderawasih.
Mereka menyambut tamu yang datang dengan tari tumbuk tanah khas Arfak dan menunjukkan pembuatan noken. Salah satu tamu adalah Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise.
Nilai luhur
Hubungan noken dengan perempuan Papua sangat erat. Dengan noken, para perempuan menopang kehidupan keluarga. Noken dinobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO tahun 2012.
Peneliti budaya Papua Barat yang juga anggota Asosiasi Budaya Lisan Indonesia, Donna Sampaleng, menyatakan, noken memudahkan para perempuan membantu suami bekerja di kebun, yakni sebagai alat angkut hasil panen, seperti ubi, sayur, dan ragam hasil hutan.
”Belakangan, saat laku dijual, noken menjadi sumber penghasilan keluarga. Noken bahan alam bisa laku Rp 500.000-Rp 2 juta per buah tergantung ukuran,” kata Donna yang hadir di Minyambouw.
Noken juga menjadi alat gendong anak saat dibawa bekerja. Konstruksi noken lentur, tetapi kokoh membantu anak merasa nyaman dan tetap dekat ibunya. ”Ini memungkinkan transfer beragam nilai baik antara ibu dan anak,” ujar Donna.
Dalam Modul Pengembangan Muatan Lokal Noken yang dikeluarkan Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) disebutkan, di beberapa daerah, noken menjadi alat inisiasi orang Papua menuju sosok dewasa.
Titus Pekei, penulis buku Cermin Noken Papua: Perspektif Kearifan Mata Budaya Papuani (2013), mengatakan, noken menjadi pengikat batin anak dengan orangtua. Sering kali, noken yang dibuat mama untuk anaknya menjadi obat rindu saat anak dan orangtua terpisah jarak dan waktu.
Dengan semua nilai kebaikan dan kasih sayang itu, Menteri Yohana yakin noken menjadi komponen penting menekan kasus kekerasan pada perempuan. Lewat noken, perempuan sebagai perwujudan ibu harus dimuliakan.
”Semangat noken potensial memutus rantai kekerasan pada perempuan,” kata Yohana.
Regenerasi
Namun, semua tujuan mulia bukan tanpa tantangan. Penggunaan benang sintetis dewasa ini rentan menghilangkan proses pencarian dan pemintalan bahan alam. Regenerasi perajin noken juga memprihatinkan.
Kecemasan itu menghinggapi Marice Dowansiba (60) yang diminta menjadi pembicara dalam rangkaian acara Mama Noken dan Noken Anak. Perajin yang karyanya tersebar ke sejumlah daerah itu terdengar sedih saat bercerita tentang minat generasi muda merajut noken.
Hal itu mengena di hati hadirin. Salah satunya Since Iwow (38). Dia mengaku tak mahir membuat noken. Setelah mendengar banyak nilai noken, hatinya terusik. Since ingin belajar merajut noken.
Lewat tengah hari, Siyana masih sibuk menjalin benang serat kayu. Novrentina sudah beralih ke punggung ibunya, tetapi tetap memperhatikan neneknya bekerja.
Melihat minat besar cucunya, senyum Siyana mengembang. Dia percaya pembuatan noken mampu bertahan, setidaknya di keluarganya. Siyana pun kembali bersenandung. Iramanya terdengar lebih riang.