Letusan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda kembali terjadi yang disertai tremor terus menerus. Masyarakat diminta tidak mendekati Anak Krakatau dengan radius 5 kilometer dari kawah gunung itu. Kondisi di Banten dan Lampung aman sehingga masyarakat diimbau beraktvitas normal.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·2 menit baca
SERANG, KOMPAS — Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Sabtu (16/3/2019), kembali meletus disertai gempa vulkanik. Masyarakat diminta tidak mendekati Anak Krakatau dengan radius 5 kilometer dari kawah gunung, terlebih, hingga Minggu (17/3), gempa vulkanik masih terjadi.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Hendra Gunawan saat dihubungi dari Serang, Banten, Minggu (17/3), mengatakan, letusan tersebut juga diiringi gempa vulkanik.
Letusan terjadi pada hari Sabtu (16/3) dengan durasi sekitar 4 menit. Menurut Hendra, asap kawah bertekanan kuat teramati berwarna putih dengan intesitas tebal. Asap itu membubung dengan ketinggian sekitar 1.000 meter di atas puncak kawah Anak Krakatau.
Selain itu, terjadi tremor terus-menerus dan tiga kali gempa vulkanik dangkal dengan durasi 5-6 detik. Hendra mengatakan, keesokan harinya, Minggu, pada pukul 06.00-12.00, letusan tidak terjadi, tetapi tercatat satu kali gempa vulkanik dangkal dengan durasi 5 detik.
Tremor terus-menerus juga terjadi, tetapi asap kawah tidak teramati. Hendra mengatakan, status gunung setinggi 157 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu tak berubah atau tetap Siaga (level III). Aktivitas masyarakat Banten dan Lampung berjalan normal.
Jumono, petugas Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, mengatakan, pada Minggu hingga pukul 18.00, letusan Anak Krakatau belum terpantau lagi.
Menurut dia, saat letusan terjadi pada hari Sabtu, tidak terdengar dentuman di pos tersebut. Selain itu, kaca-kaca yang biasanya bergetar di pos itu setelah Anak Krakatau meletus juga tidak terjadi. ”Hari-hari sebelum itu, tidak ada letusan Anak Krakatau. Banten dan Lampung tetap aman,” katanya.
Berdasarkan data PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, sebelum Sabtu, letusan Anak Krakatau terakhir terjadi pada pertengahan Februari 2019. Aktivitas gunung yang berada di Provinsi Lampung itu sudah jauh menurun dibandingkan pada akhir Desember 2018. Saat itu, dentuman yang berasal dari Anak Krakatau terdengar hampir setiap menit.
Jumono meminta masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar Anak Krakatau, untuk tetap tenang. Jika menerima informasi dari sumber yang tidak jelas, mereka diminta tidak lekas percaya dan mengecek kebenarannya.
”Jika terjadi letusan Anak Krakatau, dampaknya hanya di sekitar gunung itu,” ujarnya.