SAUMLAKI, KOMPAS — Tenun ikat menjadi penggerak ekonomi baru bagi Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Sekitar 2.000 penenun kini menggeluti usaha tersebut. Dukungan dari pemerintah dan pihak swasta mutlak diperlukan agar keunggulan lokal itu terus menguat dan kompetitif di pasar global.
Tekad untuk mendukung pengembangan tenun ikat Tanimbar itu disampaikan sejumlah pihak dalam acara inaugurasi Kelompok Tenun Batlolonar di Desa Amdasa, Kecamatan Wertamrian, Selasa (19/3/2019). Kelompok tenun tersebut merupakan binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku serta perusahaan minyak dan gas INPEX Masela Ltd.
Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Kantor Perwakilan Maluku Andy Setyo Biwado mengatakan, pendampingan bagi kelompok tenun di Tanimbar bertujuan menumbuhkan pusat aktivitas ekonomi berbasis kekuatan lokal. Kepulauan Tanimbar merupakan lumbung tenun ikat di Maluku. Sejak tahun 2017, BI mendampingi dua kelompok di sana.
Dua kelompok itu sudah memproduksi tenun ikat dan diserap pasar. Pemerintah daerah, BI, dan INPEX Masela Ltd ikut membantu pemasaran. Salah satu kekuatan tenun Tanimbar adalah pamornya yang sudah mendunia setelah diikutkan dalam pameran di sejumlah negara. Tantangan berupa kualitas produksi dan saluran pasar yang terbatas kini telah teratasi lewat pendampingan tersebut.
Menurut Andy, usaha kecil, seperti tenun ikat, berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi jika didukung secara optimal. Mengutip data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah tahun 2017, jumlah pelaku UMKM lebih kurang 59 juta orang, menguasai 99 persen total usaha dan menyerap 97 persen angkatan kerja.
Sementara itu, Special Advisor Lo INPEX Masela Ltd Halida Nuriah Hatta mengatakan, keterlibatan perusahaan asal Jepang itu dalam pendampingan kelompok tenun merupakan bagian dari tanggung jawab sosial. INPEX merupakan perusahaan yang mendapat izin penambangan gas di Blok Masela, yang lokasi nya di dekat Tanimbar.
”Saat ini masih produksi kain. Ke depannya akan didorong produk turunan, seperti pakaian dan taplak meja. Ini tentu akan menyerap banyak tenaga kerja sehingga kesejahteraan masyarakat akan semakin meningkat. Peluang untuk maju sangat terbuka jika ada kemauan dan kolaborasi,” kata Halida.
Dari catatan Kompas, Tanimbar merupakan kabupaten termiskin di Maluku. Angka kemiskinan berkisar 28 persen. Adapun angka kemiskinan di Maluku, yang tercatat sebagai tertinggi keempat secara nasional, berkisar 18 persen. Masyarakat Tanimbar selama ini mengandalkan hasil laut dan kopra.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kepulauan Tanimbar Elisabeth Werembinan mengatakan, tenun Tanimbar terus dipromosikan hingga ke mancanegara. Pamor tenun ini pun bersinar dalam lima tahun terakhir. ”Total penenun sekitar 2.000 orang,” katanya.
Pasar di Tanimbar juga terbuka karena setiap Kamis semua siswa dan pegawai wajib menggunakan tenun. (FRN)