Konektivitas Jawa Barat bagian selatan akan ditingkatkan dengan membangun jalan jalur tengah selatan. Peningkatan konektivitas diharapkan mengikis ketimpangan pembangunan di kawasan itu.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Konektivitas Jawa Barat bagian selatan akan ditingkatkan dengan membangun jalan jalur tengah selatan. Peningkatan konektivitas diharapkan mengikis ketimpangan pembangunan di kawasan itu.
Jalur tengah selatan berada di antara jalur tengah dan jalur selatan Jabar. Panjangnya diperkirakan mencapai 324 kilometer dari Sukabumi hingga Pangandaran.
Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Jabar Koswara mengatakan, jarak jalur tengah ke jalur selatan sekitar 100 kilometer (km). Namun, jalan di antara kedua jalur itu belum terkoneksi.
“Jarak antarkecamatan di Jabar selatan bisa mencapai 4-5 jam. Sebab, harus jalan memutar dahulu ke jalur selatan. Padahal, dengan akses langsung, waktu tempunya bisa dipangkas menjadi 1-2 jam,” ujarnya dalam program “Jabar Punya Informasi” di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (21/3/2019).
Jarak antarkecamatan di Jabar selatan bisa mencapai 4-5 jam. Sebab, harus jalan memutar dahulu ke jalur selatan. Padahal, dengan akses langsung, waktu tempunya bisa dipangkas menjadi 1-2 jam
Peningkatan konektivitas itu sudah tertera dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jabar 2018-2023. Menurut rencana, jalan tersebut juga akan terhubung dengan jalan kabupaten/kota.
“Dibutuhkan kolaborasi dengan pemerintah kabupaten/kota. Konektivitas sangat penting untuk pemerataan pembangunan,” ujarnya.
Jarak antarkecamatan di Jabar selatan bisa mencapai 4-5 jam. Sebab, harus jalan memutar dahulu ke jalur selatan. Padahal, dengan akses langsung, waktu tempunya bisa dipangkas menjadi 1-2 jam
Jalan provinsi
Koswara mengatakan, jaringan jalan provinsi di Jabar mencapai 2.360 km dengan tingkat kemantapan di atas 98 persen. Selain itu juga terdapat jalan nasional sepanjang 1.789 km dan jalan kabupaten/kota 32.438 km. Namun, konektivitas jalan di Jabar masih sekitar 50 persen.
Oleh sebab itu, diperlukan sinergitas untuk menghubungkan jalan-jalan itu. Konektivitas jalan ditargetkan meningkat menjadi 55 persen pada 2023 sesuai RPJMD.
Koswara mengatakan, konektivitas di Jabar selatan tidak sebaik di kawasan tengah dan utara yang menjadi daerah industri. Sementara Jabar selatan sebagian besar ditujukan untuk hutan lindung dan pariwisata.
Akan tetapi, aksesbilitas ke Jabar selatan akan terus ditambah. Beberapa di antaranya melalui rencana pembanguna Tol Cigatas (Cileunyi-Garut-Tasikmalaya) dan reaktivasi jalur kereta api Cibatu-Garut.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Jabar Eddy Iskandar Muda Nasution mengatakan, pihaknya juga meningkatkan konektivitas di wilayah lain dengan membangun jalan ke kawasan strategis, seperti Bandara Internasional Jawa Barat di Kabupaten Majalengka dan Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang.
“Perbaikan akses ke Jabar selatan juga sudah dilakukan. Salah satunya dengan membangun jalan menuju kawasan wisata Ciletuh, Kabupaten Sukabumi,” ujarnya.
Dosen Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung Eri Susanto mengatakan, peningkatan konektivitas tidak hanya menyangkut jalan provinsi, melainkan jalan nasional dan jalan kabupaten/kota. Persentase kemantapan jalan yang tinggi tidak selalu menjamin konektivitasnya.
“Perlu adanya big data tentang kondisi dan koneksi jalan di Jabar. Ini dibutuhkan untuk memantaunya secara berkala. Jalan yang mantap akan lebih bermanfaat jika terkoneksi dengan baik,” ujarnya.