JAYAPURA, KOMPAS— Pencarian korban hilang akibat banjir bandang di Kabupaten Jayapura, Papua, terus dilakukan hingga tanggap darurat berakhir 29 Maret 2019. Hingga Minggu (24/3/2019), korban meninggal tercatat 105 orang dan 82 orang dilaporkan hilang.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Jayapura Putu Arga Sujarwadi, yang dihubungi dari Ambon, Maluku, mengatakan, pencarian fokus di beberapa lokasi, melibatkan 15 personel gabungan. Pencarian juga dibantu alat berat.
Secara umum, tidak ada kendala berarti dalam proses pencarian. Dua hari terakhir cuaca Jayapura cerah. Dalam pencarian sepekan lalu, tim gabungan disulitkan hujan dan banjir.
Terkait jumlah korban hilang yang dilaporkan 82 orang, Putu mengatakan, jumlah itu masih harus dipastikan. ”Kadang satu korban hilang dilaporkan dua di tempat berbeda. Atau korban hilang ditemukan selamat di tempat lain, tapi tidak dilaporkan ke petugas,” katanya.
Berdasarkan siaran pers Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua, polisi mengerahkan anjing pelacak untuk mendeteksi titik korban tertimbun. Korban diduga ada dalam timbunan lumpur dan kayu. Tim itu menemukan 19 jenazah. Tim Polri juga mencari di sekitar Danau Sentani. Diduga masih ada korban terseret ke danau.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Papua Welliam Manderi mengatakan, banyak pengungsi mulai terserang penyakit, terutama infeksi saluran pernapasan. Mereka ditangani petugas medis dan sukarelawan. ”Ada juga yang sudah kembali ke rumah atau keluarga,” katanya.
Tunda ujian
Dihubungi Sabtu lalu, Bupati Jayapura Mathius Awoitauw mengatakan telah mengajukan penundaan jadwal ujian nasional ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain banyak bangunan sekolah rusak, siswa juga terdampak bencana. Ujian sekolah menengah kejuruan akan dimulai Senin ini. Ujian SMA pekan berikutnya.
”Kami juga sangat mengharapkan bantuan pemerintah provinsi ataupun pusat untuk pembangunan Jayapura setelah masa tanggap darurat berakhir. Selain bangunan fisik, ada program relokasi warga dari wilayah Cagar Alam Cycloop,” katanya. Relokasi vital karena alih fungsi lahan di Cycloop diduga penyebab banjir bandang. (FRN)