Penurunan Daya Dukung Lahan Perparah Banjir di Aceh Selatan
Sejumlah sungai di Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh meluap setelah hujan berintensitas tinggi mengguyur daerah tersebut sejak Sabtu (23/3/2019). Selain curah hujan yang tinggi, kerusakan lahan memperparah dampak bencana.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
TAPAKTUAN, KOMPAS — Sejumlah sungai di Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh, meluap setelah hujan berintensitas tinggi mengguyur daerah tersebut sejak Sabtu (23/3/2019). Selain curah hujan yang tinggi, kerusakan lahan memperparah dampak bencana.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Selatan Cut Sazalima, yang dihubungi dari Banda Aceh, Senin (25/3/2019), menuturkan, hujan yang terjadi sejak Sabtu mengakibatkan sejumlah sungai meluap. Sejak Minggu sore, air mulai masuk ke permukiman warga dengan ketinggian antara 30 sentimeter dan 70 sentimeter.
Sebanyak 46 desa di sembilan kecamatan terendam banjir. Hingga Senin (25/3/2019) petang, banjir berangsur surut. Kecamatan yang dilanda banjir adalah Pasie Raja, Tapaktuan, Kluet Timur, Kota Bahagia, Bakongan Timur, Kluet Tengah, Trumon Tengah, Kluet Utara, dan Bakongan. Sejauh ini tidak ada warga yang mengungsi.
Selain banjir, hujan juga memicu longsor dan pohon tumbang. Akibatnya, jalan nasional Tapaktuan-Medan terganggu selama lima jam. ”Akses sempat terhambat, tetapi sekarang sudah normal,” kata Cut.
Selain karena tingginya intensitas hujan, banjir juga dipicu daya dukung hutan dan sungai yang menurun.
Menurut Cut, selain tingginya intensitas hujan, banjir juga dipicu daya dukung hutan dan sungai yang menurun. Kerusakan hutan dan lahan mempercepat air mengalir ke sungai. Pada saat yang sama, sungai dalam keadaan dangkal sehingga tidak mampu menampung limpahan air.
Selain itu, kata Cut, Aceh Selatan tidak memiliki infrastruktur saluran pembuangan yang baik sehingga air terhambat mengalir ke laut. ”Saluran pembuangan tidak ada sehingga air tergenang di permukiman,” ujar Cut.
Banjir luapan menjadi bencana rutin di Aceh Selatan. Setiap masuk musim hujan, Aceh Selatan selalu dilanda banjir. Menurut Cut, selama tidak ada perbaikan daerah aliran sungai, banjir akan terus mengancam.
BPBD Aceh, lanjut Cut, hanya mampu melakukan upaya tanggap darurat saat banjir seperti evakuasi dan penyediaan logistik. Adapun pencegahan dengan perbaikan daerah aliran sungai butuh biaya besar. ”Kami berharap Kementerian Pekerjaan Umum dan Satuan Kerja Balai Sungai Sumatera mau membiayai perbaikan sungai,” katanya.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh Muhammad Nur mengatakan, masifnya alih fungsi hutan menjadi perkebunan sawit menjadi salah satu pemicu banjir. Daya serap tanah terhadap air hujan menurun sehingga semua air mengalir ke sungai. Pada saat yang sama, kondisi sungai dangkal sehingga air meluap dan menggenangi permukiman.
Banjir luapan sungai menjadi bencana tersering di Aceh. Pada 2018 terjadi 60 kali banjir luapan dengan kerugian Rp 484 miliar. Kawasan langganan banjir adalah Aceh Selatan, Aceh Barat, Aceh Singkil, dan Aceh Utara.