Latihan Bersama RI-Australia Tingkatkan Koordinasi di Perbatasan
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS – Indonesia dan Australia mengadakan latihan bersama pencarian dan penyelamatan (SAR) di wilayah perairan Bali, Rabu (27/3/2019). Hal ini untuk menguatkan kapasitas dan koordinasi kedua negara dalam menangani operasi SAR yang terjadi di wilayah perbatasan.
Pimpinan Latihan SAR Indonesia–Australia 2019, yang juga Direktur Kesiapsiagaan Badan SAR Nasional (Basarnas) Didi Hamzar, mengatakan, kedua negara menganggap latihan SAR bersama ini penting. “Latihan SAR antara Indonesia dan Australia sudah rutin dan sering dilakukan, terutama di daerah yang berbatasan,” kata Didi.
Hal tersebut untuk meningkatkan koordinasi, komunikasi, dan melatih kemampuan para personel dalam melakukan operasi SAR di daerah perbatasan kedua negara. Menurut Didi, sedikitnya terdapat 13 kantor SAR yang wilayah kerjanya berbatasan dengan negara lain, termasuk Australia.
Ada peningkatan yang positif, terutama dalam penggunaan teknologi informasi dan koordinasi antarinstansi.
Didi menambahkan, pihak Otoritas Keselamatan Maritim Australia (AMSA), yang memantau langsung pelaksanaan latihan operasi SAR itu, memberikan respons positif. Hal itu terutama menyangkut koordinasi dan kekompakan personel SAR di lapangan.
“Penilaian kami, ada peningkatan yang positif, terutama dalam penggunaan teknologi informasi dan koordinasi antarinstansi,” ujar Didi yang pernah menjabat Kepala Kantor SAR Denpasar tersebut.
Kegiatan latihan SAR bersama Indonesia-Australia itu menggunakan peralatan utama SAR dari otoritas penyelamatan di kedua negara, baik dari Basarnas maupun dari AMSA.
Basarnas mengerahkan sarana SAR laut, di antaranya kapal KN SAR Arjuna 229 dan kapal RIB Basarnas dari Kantor SAR Denpasar. Adapun AMSA mengirimkan pesawat SAR jenis Challenger. Peralatan utama SAR itu bertemu di lokasi latihan, yakni perairan yang berjarak sekitar 12 mil laut (22,2 kilometer) dari Pelabuhan Benoa, Kota Denpasar.
Dalam latihan itu, kedua otoritas mensimulasikan prosedur dan koordinasi merespons kecelakaan laut di kawasan perbatasan Indonesia-Australia. Dalam simulasi, Basarnas menerima informasi terjadi kecelakaan laut yang dialami sebuah kapal di perairan Samudera Hindia. Pihak Australia juga merespons informasi adanya kecelakaan laut itu melalui Pusat Koordinasi Penyelamatan (The Rescue Coordination Centre/RCC) Australia.
Nakhoda KN SAR Arjuna 229 Arif Yulianto menjelaskan, dalam skenario itu, terdapat sejumlah penumpang kapal yang harus diselamatkan. Kedua sarana SAR laut, yakni KN SAR Arjuna 229 dan pesawat Challenger AMSA, secara bersamaan mendekati lokasi kecelakaan.
Oleh karena korban hanyut, evakuasi dilakukan personel KN SAR Arjuna 229 dengan menggunakan kapal rigid inflatable boat (RIB) Basarnas. Seluruh korban akhirnya dapat diselamatkan lalu dipindahkan ke KN SAR Arjuna 229 untuk dibawa ke Pelabuhan Benoa.
Adapun pesawat Challenger AMSA memantau proses pencarian dan penyelamatan korban itu dari udara. Usai latihan, pesawat yang diawaki lima personel itu menuju Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, sebelum bertolak kembali ke Australia.
Selain personel Basarnas dari Kantor SAR Denpasar dan Kantor Pusat Basarnas, latihan ini juga melibatkan petugas dari sejumlah instansi terkait. Di antaranya, yakni Polda Bali, Kodam IX/Udayana, TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Udara, KPLP Benoa, dan Distrik Navigasi Pelabuhan Benoa.