Lokomotif D 301 59 kini menjadi ikon baru Kota Semarang, Jawa Tengah, setelah resmi ditempatkan di depan Stasiun Semarang Tawang atau tepatnya di samping Polder Tawang. Lokomotif buatan Jerman ini telah beroperasi lebih dari 52 tahun.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Lokomotif D 301 59 menjadi ikon baru Kota Semarang, Jawa Tengah, setelah resmi ditempatkan di depan Stasiun Semarang Tawang atau tepatnya di samping Polder Tawang. Lokomotif buatan Jerman ini telah beroperasi lebih dari 52 tahun.
Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daop) IV Semarang Krisbiyantoro, Rabu (27/3/2019), mengatakan, lokomotif tersebut dinyatakan sudah tak layak operasi sejak April 2014. Setelah itu, lokomotif mangkrak di emplasemen Depo Lokomotif Semarang Poncol.
”Melihat hal itu, PT KAI Daop IV Semarang berinisiatif menjadikannya monumen di area Kota Lama. Ini juga menjadi salah satu ikon Kota Semarang, yang lengkap dengan hiasan dancing fountain (air mancur menari),” ujar Krisbiyantoro.
Adapun peresmian monumen lokomotif tua tersebut telah dilaksanakan pada Selasa malam oleh Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro dan Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu. Dilakukan juga penandatanganan prasasti di monumen itu.
Menurut data PT KAI, Djawatan Kereta Api (DKA) mendatangkan 80 lokomotif dari Pabrik Fried Krupp, Jerman, termasuk lokomotif D 301 59 pada tahun 1962-1963. Lokomotif D 301 dapat melaju hingga 50 kilometer per jam, dengan ditopang mesin diesel berdaya 340 HP.
Lokomotif D 301 59 ketika itu beroperasi untuk keperluan dinas langsir di stasiun-stasiun besar di Pulau Jawa. Saat itu tahun 1960-an, operasionalisasi KA barang dan penumpang rangkaiannya berubah-ubah saat berangkat dari stasiun asal, tengah perjalanan, sampai stasiun tujuan.
Adapun Stasiun Semarang Tawang dan Polder Tawang terletak di kawasan Kota Lama Semarang, yang saat ini direvitalisasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Di sebelah selatan monumen, terdapat air mancur menari yang dilengkapi lampu-lampu pada malam hari.
Edi Sukmoro menuturkan, dipajangnya lokomotif D 301 59 merupakan bagian dari pemeliharaan lokomotif tua yang sarat akan sejarah. Diharapkan lokomotif itu menjadi tujuan wisata agar masyarakat tahu sejarah kereta api, khususnya di Semarang.
Dipajangnya lokomotif D 301 59 merupakan bagian dari pemeliharaan lokomotif tua yang sarat akan sejarah.
Edi menambahkan, lokomotif tua yang berada di Indonesia, yang sebagian di antaranya berada di Museum Kereta Api Ambarawa, Kabupaten Semarang, bernilai tinggi.
”Sampai ada orang Belanda yang minta satu lokomotif langka yang sudah tak ada lagi di dunia, kecuali di Ambarawa. Karena dia minta, bukan pinjam, tidak saya kasih,” katanya.
Hevearita, yang juga Ketua Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang, mengatakan, saat ini Pemkot Semarang fokus membenahi kawasan Kota Lama. Kini sudah pada pelelangan tahap kedua dan diharapkan dapat sepenuhnya rampung akhir 2019.
Pada Selasa, PT KAI juga meluncurkan air minum gratis pada keran di peron Stasiun Semarang Tawang. Air tersebut berasal dari sumber air tanah yang diolah menggunakan sistem refresh osmosis melalui empat kali sistem penyaringan.