JAYAPURA, KOMPAS —Masyarakat 13 kampung di pinggir Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, kekurangan air bersih. Kondisi itu mereka alami setelah banjir bandang pada 16 Maret 2019.
Hingga Kamis (28/3/2019), 2.217 rumah warga di pinggiran Danau Sentani masih tergenang. Sebanyak 2.746 keluarga terdampak.
Luapan air yang menggenangi ribuan rumah itu dipicu tingginya volume air yang masuk ke danau bukan hanya ketika banjir bandang. Sebelum dan sesudahnya, hujan lebat terus mengguyur.
Berdasarkan pantauan di Kampung Ayapo, Kamis pukul 11.00 WIT, tinggi air yang menggenangi puluhan rumah mencapai 60 sentimeter. Warga mengungsi ke gereja, balai desa, dan sekolah.
Obaja Pulalo (50), tokoh masyarakat di Kampung Ayapo, mengatakan, 200 keluarga terendam. ”Pasokan air bersih masih terbatas. Warga terpaksa mengonsumsi air danau selama 10 hari sebelum mendapatkan bantuan air mineral dari pemda. Banyak warga diare dan kulit gatal-gatal,” katanya.
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua Yulianus Mambrasar menuturkan, diperkirakan ada sumbatan di muara Danau Sentani akibat endapan lumpur.
”Tak ada sampah atau kayu di muara tersebut. Kami akan berkoordinasi dengan Pemda Jayapura dan masyarakat untuk penanganan masalah sedimen itu,” katanya.
Terkait krisis air bersih, BWS menyalurkan air bersih ke kampung-kampung itu pada Kamis kemarin. Air danau tercemar limbah rumah tangga dan bangkai hewan.
Dalam waktu dekat, BWS Papua akan membuat bangunan penampung air (intake) di lokasi terdampak banjir. ”Kami akan membuat tiga hingga empat intake untuk menyuplai air ke kampung-kampung tersebut. Sebelumnya, kami telah membangun tiga intake untuk pengungsi banjir bandang di Sentani,” tambahnya.
Kepala Dinas Kesehatan Papua Aloysius Giay ketika dikonfirmasi mengatakan, diare dan penyakit kulit rentan diderita pengungsi. Karena itu, bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, pihaknya menerjunkan petugas ke seluruh pengungsian. Mereka memberi pengobatan berbagai penyakit. (FLO)