Pemerintah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, menata ulang keramba jaring apung di Waduk Darma yang melebihi daya dukung lingkungan. Selain mencegah pencemaran, penataan juga untuk menjadikan waduk seluas 425 hektar itu sebagai destinasi wisata internasional
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
KUNINGAN, KOMPAS – Pemerintah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, menata ulang keramba jaring apung di Waduk Darma yang melebihi daya dukung lingkungan. Selain mencegah pencemaran, penataan juga untuk menjadikan waduk seluas 425 hektar itu sebagai destinasi wisata internasional.
Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Kuningan, saat ini, terdapat 4.903 petak keramba jaring apung (KJA) di Waduk Darma. Setiap petak berukuran 6 meter x 6 meter sehingga luas total keramba mencapai 17 hektar.
“Jumlah ini sudah melebihi daya dukung lingkungan, yakni 1 persen dari luas waduk atau 4 hektar. Seharusnya hanya 1.500 petak keramba,” ujar Kepala Bidang Perikanan DKPP Kuningan Denny Rianto, Minggu (31/3/2019), di Kuningan.
Masifnya KJA di waduk tersebut, lanjut Denny, memicu pencemaran limbah pakan ikan yang dibudidayakan dalam keramba. “Sehingga, pakan mengendap dan menyebabkan eutrofikasi atau perkembangbiakan tumbuhan air dengan cepat,” ujarnya.
Sehingga, pakan mengendap dan menyebabkan eutrofikasi atau perkembangbiakan tumbuhan air dengan cepat
Kondisi itu tampak dari meluasnya tumbuhan eceng gondok di sekitar keramba hingga ke tengah waduk. Sejumlah komunitas pecinta lingkungan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kuningan pun mengangkut tumbuhan itu dalam rangka peringatan Hari Air Sedunia ke-27 tingkat Jabar pekan lalu.
Eceng gondok seluas 10 hektar disebut sempat menutupi permukaan waduk. Padahal, tumbuhan itu dapat menghambat aliran air menuju 7.274 hektar lahan di Kuningan dan 13.138 hektar lahan di Kabupaten Cirebon. Waduk yang menampung air dari Sungai Cisanggarung, Cilutung, dan Cinangka itu juga menjadi air baku untuk PDAM Kuningan dengan debit air 80 liter per detik.
“Setiap tahun terjadi kematian ikan di sini. Rata-rata 50 sampai 100 ton,” lanjutnya. Untuk itu, tahun ini, pihaknya menata ulang KJA agar sesuai dengan daya dukung lingkungan waduk. Pihaknya juga mulai menyosialisasikan rencana tersebut kepadaa petani KJA untuk mengurangi produksinya.
Wisata internasional
Apalagi, Gubernur Jabar Ridwan Kamil telah mencanangkan Waduk Darma sebagai destinasi wisata internasional. Selain menata KJA, sejumlah sarana pariwisata akan dibangun di sekitar waduk. Fasilitas itu antara lain pasar terapung, perkemahan, trek untuk jogging, pusat kuliner dan kebudayaan hingga landmark (penanda waduk) yang terapung.
“Pembangunan konstruksinya ditargetkan Juni dan akan selesai tahap pertama Desember mendatang. Revitalisasi akan berlanjut untuk tahun berikutnya,” ujar Emil, sapaan Ridwan Kamil. Pihaknya akan menggelontorkan dana sekitar Rp 60 miliar untuk revitalisasi waduk.
Pembangunan konstruksinya ditargetkan Juni dan akan selesai tahap pertama Desember mendatang. Revitalisasi akan berlanjut untuk tahun berikutnya
Emil juga mendorong Pemkab Kuningan untuk menerapkan teknologi keramba yang ramah lingkungan. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Jabar Jafar Ismail mengatakan, penerapan teknologi tersebut membutuhkan biaya besar. “Kami akan coba dulu teknologi itu untuk percontohan di Waduk Darma,” ucapnya.
Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas Waduk Darma Umar Hidayat mengatakan, petani keramba mendukung penataan waduk yang mampu menampung 40 juta meter kubik air tersebut. Apalagi, pendangkalan semakin parah dibandingkan tahun 1990 -an ketika volume waduk mencapai 90 juta meter kubik.
“Namun, kami berharap, jumlah keramba minimal 2.500 petak, bukan 1.500 petak. Keramba ini mata pencaharian utama warga. Kami juga minta dilibatkan dalam pengembangan pariwisata di waduk,” ujarnya.
Saat ini, terdapat 320 petani keramba yang menggantungkan hidup di waduk darma. Seorang petani bisa memiliki 8 hingga lebih dari 20 petak. Menurut dia, setiap petak dapat menghasilkan 2,6 ton ikan emas dan 1,5 kuintal ikan nila selama empat bulan.
Namun, kami berharap, jumlah keramba minimal 2.500 petak, bukan 1.500 petak. Keramba ini mata pencaharian utama warga. Kami juga minta dilibatkan dalam pengembangan pariwisata di waduk
Jika tidak ada kematian ikan dan harga stabil, petani dapat meraup keuntungan bersih hingga Rp 28 juta. Jumlah itu telah dikurangi modal bibit, biaya pakan dan pembuatan keramba.
Setiap tahun, musim panen dapat berlangsung hingga tiga kali. Tahun lalu, produksi KJA mencapai 3.200 ton ikan. Jumlah ini sekitar 19 persen dari produksi budidaya perikanan Kuningan yang mencapai 17.000 ton.