PALEMBANG, KOMPAS— Pemerintah berkomitmen memperluas jaringan gas untuk 100.000 sambungan rumah di Sumatera Selatan yang didukung sumber daya gas besar. Percepatan pembangunan jaringan gas strategis mengurangi impor gas sekitar Rp 40 triliun.
Hal ini disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan saat meresmikan jaringan gas bumi rumah tangga (Jargas) di Kota Palembang dan Pipa Gas Transmisi Ruas Grissik-Pupuk Sriwidjaja (Pusri), Minggu (31/3/2019). Sambungan di Sumsel bagian rencana pengembangan 1 juta jaringan gas rumah pada 2020.
”Pembangunan jaringan gas dipercepat karena manfaatnya signifikan mengurangi ketergantungan pada elpiji bersubsidi,” ujarnya. Saat ini, impor gas sekitar 70 persen dari total produksi gas dengan nilai Rp 40 triliun per tahun.
Pengembangan jaringan gas rumah tangga diharapkan menghemat 50 persen kebutuhan elpiji. Hal ini didukung pemasangan pipa gas transmisi ruas Grissik-Pusri sepanjang 176 kilometer dan berdiameter 20 inci oleh PT Pertamina. Gas yang dialirkan adalah milik ConocoPhilips. ”Pipa tersebut mempermudah pemasangan jargas,” katanya.
Jonan mengatakan, kapasitas satu pipa gas transmisi Grissik-Pusri mencapai 158 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Volume itu bisa mengaliri 15 juta sambungan rumah tangga atau sekitar 20 persen dari 70 juta rumah tangga Indonesia.
Sebelumnya, Sabtu (30/3), Jonan juga meresmikan pembangunan jargas di Kota Prambumulih sebanyak 6.018 SR yang dibangun sejak 2018. Dengan tambahan itu, Prabumulih menjadi kota dengan jargas terbesar di Indonesia dengan 42.668 SR. Secara keseluruhan, pada 2018, pemerintah memasang 325.773 SR. Adapun 2019 ditargetkan tambahan 78.216 SR dari 18 lokasi.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pipa transmisi Grissik-Pusri awalnya digunakan untuk kebutuhan gas pabrik PT Pusri.
Gas yang digunakan oleh Pusri hanya 70 MMSCFD, sisanya untuk memenuhi keperluan PLTG di Sumsel sebanyak 40 MMSCFD. ”Sisanya bisa untuk memenuhi keperluan di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-api sekaligus rumah tangga,” ujarnya.
Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian ESDM Alimudin Baso menambahkan, penetapan tarif gas akan diatur Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas). Namun, dia memastikan harga jargas rumah tangga tidak akan lebih mahal dari elpiji 3 kg. ”Berkisar Rp 4.250-Rp 4.700 per meter kubik,” katanya. (RAM)