KUPANG, KOMPAS—Tiga bupati dan wakil bupati di Nusa Tenggara Timur yang dilantik pada Minggu (7/4/2019) punya pengalaman sebagai petahana. Mereka dituntut bekerja lebih keras pada periode mendatang guna mengatasi masalah kemiskinan di daerah.
Tiga bupati dan wakil bupati yang dilantik Gubernur NTT Viktor Laiskodat, kemarin, adalah Bupati Ende Marcel Petu dan Wakil Bupati Ende Djafar Achmat, Bupati Kupang Korinus Masneno dan Wakil Bupati Kupang Jery Manafe, serta Bupati Ngada Paulus Soliwoa.
Marcel dan Djafar merupakan bupati dan wakil bupati petahana di Ende, Korinus merupakan wakil bupati petahana di Kabupaten Kupang, dan Jery sebelumnya Ketua DPRD Kabupaten Kupang. Adapun Paulus sebelumnya Wakil Bupati Ngada. Ia menggantikan bupati sebelumnya, Marianus Sae, yang terjerat korupsi.
Direktur Yayasan Peduli Sesama (Sanlima) NTT Isidorus Kopong Udak menilai, bupati dan wakil bupati itu sudah memiliki pengalaman memimpin daerah sehingga ke depan mereka harus memiliki program kerja yang jelas dalam meningkatkan kesejahteraan warga.
”Jika melihat kepemimpinan sebelumnya, bupati dan wakil bupati itu belum mencerminkan kesuksesan yang berarti, khusus kesejahteraan masyarakat. Kondisi kemiskinan tidak jauh berubah. Belum ada target yang jelas untuk meningkatkan ekonomi warga,” kata Udak.
Fokus pariwisata
Seusai pelantikan, Petu mengatakan, dalam lima tahun ke depan pihaknya akan lebih fokus pada pengembangan pariwisata. Dalam tiga tahun terakhir, sektor pariwisata telah meningkatkan pendapatan asli daerah itu, yakni 40 persen, dibandingkan sektor lain.
”Danau Kelimutu dengan tiga warna di dalamnya telah didaftarkan ke UNESCO sebagai geopark. Diharapkan pada 2021 status itu sudah diakui UNESCO sehingga Danau Kelimutu sejajar dengan geopark lain di dunia. Selain Danau Kelimutu, Ende memiliki wisata bahari, wisata sejarah, wisata alam berupa Gunung Meja, dan kuliner serta tenun ikat,” kata Petu.
Adapun Korinus mengatakan akan meningkatkan program kerja yang sudah dijalankan bupati sebelumnya. Program ”Tanam Paksa, Paksa Tanam”, yang kemudian berubah menjadi ”Taman Eden” akan diteruskan sebagai bagian dari pemberdayaan ekonomi masyarakat. Program ini diklaim mampu mengatasi persoalan rawan pangan dan busung lapar di Kabupaten Kupang.
Dengan kehadiran dua bendungan di Kabupaten Kupang, yakni Tilong dan Raknamo, ia akan fokus pada pertanian sawah, tanaman hortikultura, dan budidaya ikan air tawar. Hasil produksi pertanian dan budidaya ikan air tawar daerah itu juga menopang kebutuhan masyarakat Kota Kupang.
Pada sisa tiga tahun kepemimpinannya, Paulus menyatakan akan fokus pada perkebunan kopi arabika. Komoditas yang menjadi andalan Ngada sejak 2015 itu sudah diekspor ke berbagai negara. Aroma kopi arabika Bajawa sangat khas dan menempati juara satu kopi dengan aroma terbaik pada 2016.
”Kami juga akan mengembangkan sektor pariwisata. Ngada kaya destinasi pariwisata,” katanya. (KOR)