JAYAPURA, KOMPAS — Pihak kepolisian akan mengawal para pengungsi dari Nduga yang akan mengikuti pemungutan suara pada 17 April mendatang. Tujuannya untuk mengantisipasi adanya gangguan dari kelompok kriminal bersenjata di bawah pimpinan Egianus Kogoya.
Hal ini disampaikan Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal, di Jayapura, Jumat (12/4/2019).
Ahmad mengatakan, pihaknya memastikan para pengungsi akan memberikan pilihan politiknya dalam pemilihan presiden dan legislatif dengan kondisi yang aman.
Diketahui warga mengungsi setelah insiden penyerangan 28 pekerja PT Istana Karya oleh kelompok Egianus pada 2 Desember 2018 di Distrik Yigi. Mereka melarikan diri ke hutan untuk menghindari kontak senjata antara aparat keamanan dan anggota Egianus.
Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Lanny Jaya, terdapat 745 keluarga yang melarikan diri dari Nduga ke sejumlah distrik di Lanny Jaya. Mereka tersebar di sejumlah titik, antara lain Distrik Wano Barat 24 keluarga, Distrik Kuyawage 704 keluarga, Distrik Balingga Selatan 14 keluarga, dan Distrik Balingga 3 keluarga.
”Kami akan berkoordinasi dengan Komisi Pemilihan Umum Papua untuk mendapatkan data jumlah pengungsi dalam daftar pemilih tetap Kabupaten Nduga,” tutur Ahmad.
Pengamanan diperketat
Ia pun menegaskan, pengamanan di setiap TPS di kabupaten rawan aksi serangan kelompok kriminal bersenjata akan diperketat. Satu TPS di Nduga akan diamankan satu regu pasukan yang berjumlah 10 orang.
Adapun kelompok kriminal bersenjata telah terlibat dalam 34 kasus penembakan mulai 2018 hingga 20 Maret 2019. Aksi kelompok ini menyebabkan korban meninggal dunia sebanyak 23 warga sipil serta 13 aparat keamanan dari TNI dan Polri. Sementara korban luka dari warga sipil sebanyak 7 orang dan aparat keamanan sebanyak 12 orang.
Sebanyak 2.000 pemilih berasal dari delapan distrik. Rencananya kami akan memindahkan lokasi pemungutan suara mereka ke distrik yang lebih aman.
Sekretaris KPUD Nduga Brihel Simanjuntak saat dihubungi mengatakan, terdapat sekitar 2.000 pemilih yang mengungsi akibat aksi kelompok kriminal bersenjata yang menghadapi aparat keamanan sejak Desember 2018.
”Sebanyak 2.000 pemilih berasal dari delapan distrik. Rencananya kami akan memindahkan lokasi pemungutan suara mereka ke distrik yang lebih aman,” ujar Brihel.
Ketua KPU Papua Theodorus Kossay mengatakan, pihaknya membantah adanya informasi sekitar 20.000 pengungsi yang mengungsi ke hutan terpaksa tidak menggunakan hak suaranya atau golput dalam pemilu mendatang.
”Kami telah bekerja sama dengan Polda Papua dan pemda setempat untuk menyukseskan pemilu presiden dan legislatif di Nduga,” kata Theodorus.
Total sebanyak 32 distrik di Nduga dengan jumlah pemilih sebanyak 92.216 orang dan 465 TPS. Hanya tiga TPS yang menggunakan sistem pencoblosan oleh setiap pemilih, sedangkan di 462 TPS menggunakan sistem noken.
Sistem noken adalah cara pemilihan di daerah Papua berdasarkan hasil musyawarah masyarakat di suatu kampung dan perintah langsung dari kepala suku untuk memilih kandidat tertentu.