Kementerian Pertanian mendorong pertumbuhan ekonomi di Papua dengan upaya akselerasi ekspor produk pertanian, khususnya kopi asal Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Kementerian Pertanian mendorong pertumbuhan ekonomi di Papua dengan upaya akselerasi ekspor produk pertanian, khususnya kopi asal Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Komoditas itu diyakini dapat menjadi penggerak perekonomian di luar sektor pertambangan dan minyak dan gas bumi yang selama ini mendominasi.
Demikian benang merah hasil pertemuan antara Badan Karantina Pertanian dan Pemerintah Provinsi Papua di Jayapura, Senin (15/4/2019). Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Ali Jamil mengatakan, Kementerian Pertanian menyiapkan Program Agro Gemilang (Ayo Galakkan Ekspor Produk Pertanian oleh Generasi Milenial Bangsa).
Program tersebut berupa program bimbingan, terutama untuk calon eksportir baru. "Kami yakin produk pertanian asli Papua seperti kopi Wamena akan laris manis di pasaran mancanegara," kata Ali.
Dengan upaya yang optimal dan sinergi bersama pemerintah Papua, kami yakin target ekspor bisa meningkat hingga dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Ali menjelaskan, upaya mendorong ekspor tersebut agar petani bisa mendapatkan nilai tambah yang optimal sehingga bisa menambah kesejahteraan sekaligus membuka lapangan kerja baru di bidang pertanian.
Nilai ekspor produk nonmigas bidang pertanian dari Jayapura pada tahun 2018 mencapai Rp 35,6 miliar. Sementara itu, hingga Maret 2019, nilai ekspor sudah mencapai 29,1% dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp 10,3 miliar. "Dengan upaya yang optimal dan sinergi bersama pemerintah Papua, kami yakin target ekspor bisa meningkat hingga dua kali lipat dari tahun sebelumnya," kata Ali.
Menurut Ali, kopi Wamena di Kabupaten Jayawijaya memiliki cita rasa yang khas. Hal itu juga didukung potensi luas lahan pertanian kopi di Jayawijaya yang mencapai 1.910 hektar, tersebar di 24 Distrik seperti di Walesi, Kurulu, Hubertus, dan Pyramid.
Adapun produktivitas lahan kopi Wamena berada pada kisaran 600-650 kilogram per hektar dengan produksi kopi pada tahun 2017 sebanyak 125,8 ton. "Kopi Wamena sangat layak untuk didorong menjadi komoditas ekspor. Komoditas ini sangat potensial, apalagi sudah diolah menjadi kemasan siap minum," tutur Ali.
Untuk mendukung budidaya kopi, Ali menambahkan, pihaknya bersama instansi terkait akan memproteksi kemungkinan masuknya hama penyakit yang dapat menyerang tanaman kopi khas Indonesia tersebut ke wilayah Papua.
Di antara hama yang diwaspadai yakni cendawan Hemileia coffeicola yang merupakan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) A1 golongan I yang belum ada di Indonesia dan tidak dapat dibebaskan dengan perlakuan. Cendawan ini menyebabkan penyakit karat daun kopi.
Daerah sebar OPTK ini meliputi Afrika Tengah dan Barat. Spora cendawan ini mudah tersebar sehingga dikhawatirkan dapat menginfeksi tanaman di tempat lain.
Gubernur Papua Lukas Enembe menyampaikan apresiasinya atas upaya pembangunan pertanian yang dilakukan Kementan di wilayahnya. Ia dan jajarannya akan mendukung sepenuhnya upaya Barantan untuk mendorong ekspor komoditas pertanian dapat makin meningkat, baik volume maupun negara tujuannya.
"Saya berharap upaya ini dapat berdampak positif dengan meningkatkan nilai tambah bagi petani di seluruh Papua. Provinsi kami sangat berpotensi menjadi pusat ekspor ke 16 negara di kawasan Pasifik," kata Lukas.