SEMARANG, KOMPAS— Ratusan pedagang kaki lima yang direlokasi dari kawasan Barito, Kota Semarang, Jawa Tengah, ke Pasar Barito Baru Penggaron Kidul, Kecamatan Pedurungan, dan di sekitar Masjid Agung Jawa Tengah mengeluhkan kondisi setelah relokasi sejak awal 2018. Lokasi mereka kurang memadai.
Selasa (16/4/2019), sebagian besar jalan di Pasar Barito Baru Penggaron masih tanah liat yang diuruk tak sempurna. Saat hujan, tanah lembek menjebak ban kendaraan, mobil, ataupun sepeda motor.
Ari Bowo (26), salah satu PKL, mengaku kehilangan banyak pembeli. ”Para pembeli malas datang karena jalan di depan kios saya jelek. Jangankan pembeli, saya saja malas kalau disuruh lewat,” katanya.
Bayu (32), pembeli, memilih tak berbelanja saat hujan. Ia pernah jatuh dari sepeda motor, terpeleset di jalan rusak, tak jauh dari kios Ari.
Di tempat itu, sebagian jalan dipasangi paving block. Namun, belum ada saluran air. Akibatnya, saat hujan, jalanan di sekitar kios PKL terendam. Aktivitas pasar pun terhenti.
Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Barito Baru Penggaron Suwardi mengatakan, semua pedagang mengeluh. Pendapatan merosot, 50-90 persen. ”Totalnya bisa turun ratusan juta rupiah per hari,” katanya.
PKL yang tak kuat bertahan memilih tutup, berjualan secara daring di rumah. Selasa siang, beberapa kios tutup. Sebagian kios yang buka ditinggal tidur siang. Tak ada aktivitas jual-beli dan produksi.
Kondisi itu meresahkan. Padahal, paguyuban sudah memasang spanduk. Untuk mencapai Pasar Barito Baru Penggaron, pengunjung harus masuk 800 meter dari jalan Semarang-Purwodadi. ”Belum banyak yang tahu kami dipindah ke sini. Bantuan publikasi dari pemerintah hampir tidak ada,” kata Suwardi.
Sepinya pembeli juga dikeluhkan PKL di kawasan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Menurut Ketua Paguyuban Pedagang Kreatif Barito Relokasi MAJT Rahmat Yulinta, mayoritas pedagang harus mengajukan pinjaman ke bank atau menggadaikan sertifikat rumah untuk tetap berbisnis.
”Selain untuk pembangunan kios, kami juga harus menutup ongkos produksi barang. Setiap hari kami tetap produksi meski belum tentu dapat uang,” kata Yulianta.
Tanggapan pemkot
Kondisi di dua tempat relokasi itu membuat beberapa PKL yang masih mengokupasi sempadan sungai Kanal Banjir Timur Kota Semarang menolak pindah. Hingga kini, 328 PKL belum mau direlokasi.
Menurut Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang Fajar Purwoto, pemkot akan memperbaiki jalan dan saluran air di sekitar Pasar Baru Barito Penggaron, Juni 2019. Saat ini, pemerintah sedang fokus pada relokasi pedagang yang bertahan di sempadan Kanal Banjir Timur. (XTI)