BANYUWANGI, KOMPAS — Dunia mode dan industri kreatif berduka. Desainer busana sekaligus penggagas Jember Fashion Carnaval, Dynand Fariz (55), meninggal di RS Jember Klinik karena tuberkulosis akut, Rabu (17/4/2019) pukul 03.56. Dialah tokoh di balik ketenaran Jember sebagai kota karnaval dunia yang dirintis tahun 2002.
Rabu sore, almarhum dimakamkan di desa kelahirannya di Desa Garahan, Kecamatan Silo, Jember. Tiga hari terakhir ia dirawat intensif. Presiden Jember Fashion Carnaval (JFC) itu tengah menyiapkan karnaval bertema ”Tribal Grandeur” pada 31 Juli hingga 4 Agustus.
Dynand mengeluh sesak napas sehingga diopname. ”Tanggal 11 April masih mengajar di sekolah mode Esmod di Jakarta,” kata Suyanto, kakak kandungnya, dihubungi dari Banyuwangi, kemarin. Di Jakarta, ia tinggal sendirian di tempat kos.
Almarhum dikenal pekerja keras yang memiliki visi. Ia juga pendidik yang mudah berbagi ilmu. Sejak awal, ia ingin mengajar dan mengembangkan dunia kreatif, yang diwujudkan dengan JFC. Sejak 2002, ia merintis karnaval di jalan protokol Jember hampir 4 kilometer dengan kostum unik dan megah.
Rancangan khas Dynand juga tampil di jalanan kota-kota di Indonesia hingga Istana Negara, bahkan panggung dunia.
Sejak digelar 2002, karya JFC memenangi 13 penghargaan dunia. Sebagian besar kategori busana nasional, seperti Best National Costume Miss Supranational 2014 di Polandia dan Best National Costume Miss International 2014 di Tokyo, hingga tahun 2018. Ia mengangkat konsep ikon, seperti Borobudur, kekayaan Kalimantan, dan Toraja, yang mewujud dalam busana megah dan menonjol.
Ketua Indonesian Fashion Chamber Ali Charisma menyebut, kepergian Dynand menjadi kehilangan besar dunia mode.
Keberhasilan almarhum mengembangkan JFC adalah bukti nyata kerja keras, kerja sama, dan sinergi yang mumpuni. ”Dari awal kenal, dia mudah berbagi ilmu desain. Dia juga fokus mengembangkan JFC hingga besar seperti sekarang. Sosok seperti Dynand sangat jarang ditemui,” ujarnya.
Mengubah pandangan
Sebagai pribadi, kata Ali, Dynand berhasil mengubah pandangan masyarakat luas terhadap budaya di Jawa Timur, khususnya di Jember. JFC juga membuat dunia mengenal Jember sebagai daerah dengan seni dan bisnis yang berkembang.
”Beliau meninggalkan inspirasi dalam mengembangkan identitas Indonesia sebagai daya tarik dunia,” katanya. Berkat penyelenggaraan JFC yang berkesinambungan, Kementerian Pariwisata menetapkan Jember sebagai Kota Karnaval yang dikukuhkan Presiden Joko Widodo ketika menghadiri gelaran JFC 2016.
”Jember ditetapkan sebagai Kota Karnaval karena menjadi ikon dan kebanggaan Jember dan Indonesia dalam dunia pariwisata internasional,” ujar Presiden ketika membuka puncak JFC, Minggu (13/8/2016).
Bupati Jember Faida mengatakan, meninggalnya Dynand menjadi kehilangan besar Jember dan Indonesia. Putra daerah itu mengangkat Jember ke kancah dunia. ”Dunia fashion dan carnaval kehilangan tokoh besar. Ia konsisten membangun carnaval dan fashion dari kecil hingga tingkat dunia,” katanya.
Almarhum juga pribadi yang antusias berbagi dan bersinergi. Tak heran jika 17 tahun JFC menjadikannya maestro dunia karnaval dan mode.
”Kami akan melanjutkan dan menjaga JFC sebagai karya besar Dynand Fariz. Berkat dia, JFC menjadi karnaval ketiga terbaik dunia,” ucap Faida. Selamat jalan Dynand….