Umat Katolik di Katedral Hati Yesus yang Maha Kudus Makassar, Sulawesi Selatan, memulai perayaan Tri Hari Suci umat katolik dengan Ekaristi Kamis Putih Kamis (18/4/2019). Upacara pembasuhan kaki dalam ekaristi ini mengingatkan umat, terutama pemimpin yang memegang jabatan pemerintahan, untuk terus membantu dan melayani sesama dengan rendah hati.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS – Umat Katolik di Katedral Hati Yesus yang Maha Kudus Makassar, Sulawesi Selatan, memulai perayaan Tri Hari Suci umat katolik dengan Ekaristi Kamis Putih Kamis (18/4/2019). Upacara pembasuhan kaki dalam ekaristi ini mengingatkan umat, terutama pemimpin yang memegang jabatan pemerintahan, untuk terus membantu dan melayani sesama dengan rendah hati.
Misa Kamis Putih di Katedral Makassar dilaksanakan dua kali, yaitu pukul 16.30 dan 19.00 Wita. Pada ekaristi kedua, hampir semua umat yang hadir mengenakan baju putih. Kamis Putih merupakan perayaan untuk mengenang perjamuan terakhir Yesus Kristus dengan para muridnya sebelum menjalani penderitaan dan wafat di salib.
Ibadat dipimpin oleh Vikaris Yudisialis Keuskupan Agung Makassar, Pastor Frans Nipa, Pr. Berbeda dengan ekaristi biasa, diadakan upacara pembasuhan kaki dalam perayaan Kamis Putih. Pastor membasuh kaki 12 asisten imam setelah memberi kotbah sebagai simbolisasi peristiwa Yesus membasuh kaki 12 muridnya.
Dalam upacara itu, Frans Nipa melepas jubah ekaristinya (kasula). Lalu, ia membungkuk di depan altar untuk membasuh kaki para asisten imam satu persatu dengan menuangkan air, membasuhnya, kemudian mengeringkannya dengan handuk.
Dalam kotbahnya, Frans Nipa mengatakan, upacara itu bertujuan menunjukkan teladan yang diberikan Yesus. Secara historis, sekitar 2.000 tahun yang lalu, manusia berjalan ke mana pun mereka pergi, termasuk Yesus dan murid-muridnya yang singgah di berbagai tempat dalam perjalannya. Hanya saudagar yang bisa menunggangi keledai.
“Kalau jalan kaki sehar penuh, kaki akan jadi kotor. Nah, dalam adat Yahudi, kalau ada orang bertamu, hamba-hamba bertugas mencuci kaki para tamu. Dengan membasuh kaki para muridnya, Yesus menyamakan dirinya dengan para hamba yang mau melayani sesama. Ini menjadi teladan bagi kita,” katanya.
Frans Nipa menambahkan, teladan ini juga perlu dicontoh oleh para pemimpin yang nantinya terpilih melalui Pemilu 2019. Menjadi pemimpin dengan jabatan adalah sebuah kesempatan untuk memberikan hidupnya untuk melayani rakyat.
Ekaristi ditutup dengan pemindahan sakramen mahakudus ke tempat ibadat tuguran, yaitu penyembahan atau doa di depan sakramen mahakudus. Tuguran akan dilaksanakan mulai pukul 21.30 hingga Jumat (19/4/2019) pukul 06.00 Wita. Ibadat ini menjadi kesempatan perenungan bagi umat sebelum memperingati wafatnya Isa Almasih pada Jumat Agung.
Aman
Bernardus Aris (61), yang mengetuai divisi tata tertib perayaan Tri Hari Suci, mengatakan sekitar 700 umat hadir pada ibadat pertama. Pada ibadat kedua, jumlah umat diperkirakan lebih sedikit, sekitar 500 orang. “Umat lebih banyak di sore hari kemungkinan karena langsung menuju gereja setelah pulang kerja,” katanya.
Umat memasuki area gereja dari tiga gerbang gereja, masing-masing untuk yang berjalan kaki, mengendarai mobil, dan mengendarai sepeda motor. Di pintu khusus pejalan kaki, tepat di depan persimpangan Jalan RA Kartini dan Jalan Kajaolalido, polisi dari tim Gegana Polda Sulsel memeriksa tas bawaan umat, sementara umat harus melewati pendeteksi logam.
Inspektur Satu Syamsuddin, kepala regu Gegana di Katedral Makassar, mengatakan, timnya beranggotakan 10 orang dari Subdetasemen Gegana Penjinak Bom yang dilengkapi senjata laras panjang. Disiagakan pula dua mobil explosive ordonance disposal. “Sejak berjaga mulai pukul 14.00 Wita, keadaan tetap aman, tidak ada ancaman,” katanya.
Satu regu Pengurai Massa (Raimas) juga diturunkan dari Direktorat Samapta Polda Sulsel. Ketua regu, Ajun Inspektur Satu Zainal mengatakan, regunya beranggotakan 17 orang. “Kami terus ditugaskan selama masa menjelang Paskah,” katanya.
Selepas misa, beberapa umat berbincang cair dengan polisi yang berjaga. Sebagian lainnya, termasuk anak-anak, bersalaman dengan polisi yang menyambutnya dengan senyum ramah.