Segenap umat manusia telah diundang untuk menjadi saksi atas peristiwa kebangkitan Tuhan. Di era sekarang, kesaksian itu bisa diwujudkan setiap orang melalui hal-hal sederhana yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Segenap umat manusia telah diundang untuk menjadi saksi atas peristiwa kebangkitan Tuhan. Pada era sekarang, kesaksian itu bisa diwujudkan setiap orang melalui hal-hal sederhana yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
”Bersaksilah untuk Tuhan dengan cara melakukan hal-hal sederhana yang biasanya sulit kita lakukan. Bersaksilah, misalnya, dengan berhenti bergunjing bersama teman. Kurangilah aktivitas bermain gadget dan meluangkan waktu lebih banyak bersama keluarga,” ujar Romo Petrus Suratmin Pr dalam homilinya pada misa perayaan Paskah di Gereja Santo Ignatius, Kota Magelang, Jawa Tengah, Minggu (21/4/2019).
Pada masa sekarang, kita pun tidak perlu mencari-cari gambaran tentang kebangkitan Tuhan. Peristiwa kebangkitan dan pengorbanan Yesus Kristus ada, terwujud dalam perayaan Ekaristi di gereja.
Paskah, menurut Romo Petrus, menyadarkan kita bahwa iman akan kebangkitan Yesus Kristus sungguh merupakan suatu anugerah. Paskah adalah peristiwa besar di mana berkat dan makna tentang peristiwa tersebut langsung diajarkan oleh Tuhan.
Merayakan Paskah, menurut dia, memang bukan hal yang mudah. Sesuai dengan yang dikisahkan dalam Injil, percaya kebangkitan Yesus Kristus memang bukan hal mudah karena tidak secara langsung disaksikan banyak orang.
”Jika disamakan dengan kejadian dan berita yang ada pada masa sekarang, kita bisa dituduh sebagai kelompok dungu karena memercayai hal yang tidak ada atau tidak terbukti terjadi,” ujarnya.
Deklarasi kemenangan
Paskah kali ini, menurut Petrus, juga tenggelam dalam hingar bingar pemilu, termasuk deklarasi kemenangan dari pasangan calon presiden. Banyak orang, termasuk umat Katolik, lupa bahwa Paskah juga merupakan bentuk deklarasi kemenangan.
”Paskah inilah yang menjadi bentuk deklarasi, ungkapan kemenangan kita setelah berpuasa dan berpantang selama 40 hari. Inilah momentum di mana Yesus Kristus menang atas kematian dengan melakukan karya penebusan dosa segenap umat manusia,” ujarnya.
Paskah yang kemudian memberi libur akhir pekan yang cukup panjang kemudian dimanfaatkan oleh sejumlah orang untuk berkumpul dan merayakan bersama keluarga. Yusman (81), warga Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, mengatakan, libur Paskah kali ini dimanfaatkannya untuk mengajak anak dan cucunya berkunjung ke Magelang, kota kelahirannya. Dalam kunjungan itu, dia pun menyempatkan datang, mengikuti misa perayaan Paskah di Gereja Santo Ignatius, gereja tempatnya dibaptis.
”Saya ingin kembali memutar memori saya di gereja ini (Gereja Santo Ignatius),” ujarnya. Terakhir, Yusman berkunjung ke Kota Magelang adalah sekitar tahun 1962. Saat itu, dirinya akan mengambil surat baptis untuk keperluan melangsungkan sakramen perkawinan.
Tuti (45), pedagang jamu di Kelurahan Gelangan, Kecamatan Magelang Tengah, mengatakan, libur Paskah kali ini dimanfaatkannya untuk berkumpul bersama keluarga. Selama Paskah, dia memilih untuk tidak berdagang ataupun membuat jamu.