Jangan Menghamba Teknologi, Gunakan demi Peradaban Manusia
Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk dengan derajat tertinggi dibandingkan ciptaan-Nya yang lain. Di zaman yang dilingkupi kemajuan teknologi, manusia mesti memegang kendali, bukannya menghamba pada kecanggihannya. Teknologi mesti dimanfaatkan demi peradaban manusia.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk dengan derajat tertinggi dibandingkan ciptaan-Nya yang lain. Di zaman yang dilingkupi kemajuan teknologi, manusia mesti memegang kendali, bukannya menghamba pada kecanggihannya. Teknologi mesti dimanfaatkan demi peradaban manusia.
Demikian refleksi Paskah dari Uskup Keuskupan Agung Kupang Mgr Petrus Turang Pr dalam surat gembala keuskupan yang dibacakan Romo Yonas Kamlasi Pr di Paroki St Yoseph Pekerja Penfui, Kota Kupang, Sabtu (20/4/2019) malam.
Menurut Turang, kemajuan teknologi informasi saat ini sangat pesat dan mengalir begitu deras, seakan tak terbendung. Semua manusia, anak-anak dan orang dewasa, dibuat tidak berdaya dan seolah-olah menghambakan diri pada teknologi internet.
Jika Tuhan tidak bangkit, sia-sialah iman kepercayaan umat Kristiani. Kebangkitan Tuhan membangun harapan hidup baru, yaitu hidup lebih layak di hadapan Tuhan dan sesama.
”Jika Tuhan tidak bangkit, sia-sialah iman kepercayaan umat Kristiani. Kebangkitan Tuhan membangun harapan hidup baru, yaitu hidup lebih layak di hadapan Tuhan dan sesama,” kata Turang.
Dia melanjutkan, kemajuan teknologi juga memberikan hidup layak kalau dimanfaatkan manusia sesuai iman dan kepercayaan. Jika kemajuan teknologi dipadukan dengan kepentingan manusia, manusia tetap di atas segala-galanya.
Sebagai umat beriman, umat Kristiani tidak boleh menghambakan diri pada kemajuan teknologi. Tuhan bangkit dari maut untuk mengingkatkan para pengikut-Nya untuk selalu kembali ke jalan yang benar. Tiada satu pun kemajuan di dunia bisa menghalangi manusia bertemu dengan Tuhan.
Kebangkitan Tuhan juga mengajak semua umat Kristiani memulai hidup baru. Hidup baru, yaitu meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk, seperti malas bekerja, mabuk alkohol, menghina sesama, selalu bertengkar dengan anggota keluarga, berkata bohong, narkoba, dan terlibat seks bebas. Perilaku hidup seperti ini tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga orang sekitar.
Romo John Subani yang mendampingi Romo Yonas Kamlasi, menjelang akhir perayaan Misa, juga berpesan kepada umat agar tetap berada dalam cahaya kebangkitan Tuhan. Umat diminta menjaga perkataan, perbuatan, pikiran, dan rencana-rencana hidup. Semuanya harus tertuju kepada kebaikan diri, keluarga, dan sesama. Kebangkitan Tuhan memperbarui segala sesuatu di muka bumi.
”Banyak kejadian, peristiwa, dan penampilan di sekitar kita yang menunjukkan manusia cenderung salah memilih. Karena itu, pelihara hati nurani Anda yang sudah diterangi dan dibersihkan Tuhan dari dosa dan kejahatan. Biarlah kita hidup untuk Tuhan dan sesama melalui pengabdian dalam tugas dan karya setiap hari,” kata Subani.
Sementara itu, di Kapela St Fransiskus Xaverius Naimata, Kelurahan Naimata, Kota Kupang, Romo Okto Naif ketika berkhotbah di hadapan sekitar 2.000 umat Katolik setempat mengatakan, kemajuan teknologi dan informasi tidak diperuntukkan bagi umat manusia agar bisa saling menghujat dan menjatuhkan melalui media sosial. Kehadian teknologi tidak lain merupakan keikutsertaan Tuhan dalam karya keselamatan manusia.
Semua itu bertujuan membangun kesejahteraan dan keselamatan manusia di dunia dan akhirat. Manusia yang mengatur segala ciptaan di dunia, termasuk hasil karya manusia sendiri. Teknologi internet adalah buah karya manusia, yang diperuntukkan bagi proses kemajuan manusia.
Sementara itu, di sejumlah ruas jalan di Kota Kupang, Sabtu malam, umat Kristiani menyalakan lilin dan lampu pelita di sepanjang jalan. Itu menjadi penanda kebangkitan Tuhan yang membawa terang dan keselamatan. Doa, kejahatan, penyakit, dan kegagalan bukan akhir dari sebuah perjalanan hidup, tetapi awal dari sebuah kehidupan.
Minggu dini hari, umat Kristiani Kupang pun berpawai dan berteriak di sejumlah ruas jalan kota. ”Halelluya, Tuhan telah bangkit. Mari menyambut Tuhan”. Teriakan itu seakan membangunkan warga yang tengah tidur pulas untuk segera bergegas ke gereja, mengikuti Misa pada hari Minggu Paskah.