Lembaga Keagamaan Berperan Penting Kampanye Kesehatan Ibu dan Bayi
Lima ibu dan 18 bayi meninggal setiap minggu di Sumatera Utara akibat kematian yang bisa dicegah. Namun, kematian dengan penyebab serupa masih terus terjadi tanpa penurunan dalam sembilan tahun ini. Peran lembaga keagamaan diperlukan untuk kampanye menyelamatkan ibu dan bayi dari kematian.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS - Lima ibu dan 18 bayi meninggal setiap minggu di Sumatera Utara akibat kematian yang bisa dicegah. Namun, kematian dengan penyebab serupa masih terus terjadi tanpa penurunan dalam sembilan tahun ini. Peran lembaga keagamaan diperlukan untuk kampanye menyelamatkan ibu dan bayi dari kematian.
Hal itu terungkap dalam diskusi bertajuk “Kampanye Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir” yang difasilitasi USAID-Jalin, di Santika Premiere Dyandra Hotel and Convention Medan, Selasa (23/4/2019). “Kematian ibu dan bayi baru lahir adalah kejadian luar biasa yang harus diatasi. Kita tidak bisa membiarkannya seolah seperti kejadian biasa,” kata Konsultan USAID, Jalin Fatni Sulani.
Fatni mengatakan, sebanyak 239 ibu dan 921 bayi berusia 0-28 hari meninggal di Sumatera Utara sepanjang tahun 2016. Kematian ibu paling besar terjadi saat persalinan (58 persen), diikuti pasca persalinan (23 persen), dan kehamilan (19 persen).
Kematian ibu dan bayi baru lahir adalah kejadian luar biasa yang harus diatasi. Kita tidak bisa membiarkannya seolah seperti kejadian biasa
Tingginya angka kematian saat persalinan, kata Fatni, mengindikasikan perlunya peningkatan akses bagi ibu untuk bersalin di fasilitas kesehatan. Hal ini juga menunjukkan cakupan pemeriksaan kehamilan lengkap di Sumut yang masih rendah yakni 84 persen, masih jauh di bawah standar pelayanan minimal 95 persen.
“Bahkan di Kabupaten Nias Selatan cakupan pemeriksaan kehamilan baru 24 persen. Di Padang Lawas, Gunung Sitoli, dan Nias, cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan masih di bawah 70 persen,” kata Fatni.
Fatni menjelaskan, sebanyak 73 persen kematian ibu dan bayi baru lahir sebenarnya bisa dicegah. Penyebab utama kematian ibu adalah hipertensi pada kehamilan, perdarahan, dan infeksi. Sementara, penyebab kematian bayi adalah berat badan yang rendah, gangguan pernafasan, dan kelainan bawaan. Gangguan itu seharusnya bisa diatasi jika sejak kehamilan sudah melakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan.
Belajar dari Malaysia
Untuk menurunkan kematian ibu dan bayi, Indonesia perlu belajar dari negara tetangga Malaysia. Angka kematian ibu di Malaysia sebelumnya sangat tinggi namun bisa terus ditekan hingga sebesar 50 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Sementara Indonesia masih 359 kematian ibu per 100.000 kematian hidup.
Sejumlah hal yang dilakukan Malaysia adalah memperbaiki layanan persalinan desa. Mereka berhasil mengajak masyarakat yang biasa bersalin di rumah pindah ke fasilitas kesehatan. Kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan ditingkatkan, mewajibkan pemeriksaan kehamilan, sistem rujukan diperkuat, dan memperbaiki pencatatan sipil.
“Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi juga sejalan dengan pembangunan daerah seperti penyediaan sanitasi dan air bersih, jalan desa, dan pendidikan dasar untuk perempuan,” kata Fatni.
Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia Sumatera Utara Ardiansyah mengatakan, kampanye kesehatan ibu dan bayi seharusnya dilakukan sejak bimbingan konseling pra-nikah. “Namun, sama-sama kita tahu, bimbingan konseling selama ini dilakukan hanya untuk memenuhi syarat formal saja. Ini harus kita perbaiki,” kata Ardiansyah.
Pasangan pengantin tidak boleh lagi hanya menyiapkan pesta pernikahan, tetapi tidak siap menjadi ibu dan ayah
Ardiansyah mengatakan, calon pengantin harus dibekali dengan pendidikan dasar tentang kesehatan ibu dan bayi. Mereka harus diedukasi tentang apa saja yang harus mereka lakukan dalam merencanakan kehamilan, menjaga kesehatan kehamilan, persalinan, sampai pasca persalinan.
“Pasangan pengantin tidak boleh lagi hanya menyiapkan pesta pernikahan, tetapi tidak siap menjadi ibu dan ayah,” kata Ardiansyah.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sumatera Utara Teguh Supriadi mengatakan, pelayanan kesehatan ibu dan bayi di Sumut perlu ditingkatkan khususnya di sejumlah kabupaten yang mempunyai pelayanan kesehatan yang masih minim. Kesenjangan layanan kesehatan antar kabupaten juga masih minim.