Pemerintah Diminta Hitung Ulang Data Produksi dan Kebutuhan
Pemerintah diminta menghitung ulang data produksi dan kebutuhan jagung nasional. Hal ini agar persoalan lonjakan harga jagung yang memberatkan peternak ayam petelur tidak berulang lagi.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·2 menit baca
SOLO, KOMPAS - Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Petelur Nasional meminta pemerintah menghitung ulang data produksi dan kebutuhan jagung nasional. Hal ini agar persoalan lonjakan harga jagung yang memberatkan peternak ayam petelur tidak berulang lagi.
“Tolong dihitung ulang datanya (produksi dan kebutuhan jagung). Kami takut kalau data itu tidak sesuai akibatnya nanti kekurangan jagung akan terulang lagi,” kata Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional (PPN) Yudianto Yosgiarso di Solo, Jawa Tengah, Selasa (23/4/2019).
Yudianto mengatakan, harga jagung sebagai pakan ternak ayam sempat melonjak tinggi hingga Rp 6.000 per kilogram (kg) karena permintaan jagung dari peternak ayam lebih tinggi dari produksi jagung nasional. Kenaikan harga itu sempat memicu protes dan unjuk rasa peternak ayam di berbagai daerah. Pemerintah akhirnya mengimpor 130.000 ton jagung pada awal tahun 2019.
Menurut Yudianto, pasokan jagung impor ditambah panen jagung di sejumlah daerah membuat harga jagung saat ini berkisar Rp 4.100-4.300 per kg. “Kami berharap pemerintah segera menghitung atau memeriksa data, jangan sampai di bulan kritis Juni-Juli jagung akan kurang lagi,” katanya.
Yudianto mengatakan, kebutuhan jagung bagi peternak ayam mandiri yang mencampur sendiri jagung dengan konsentrat untuk pakan ayam mencapai 250.000 ton per bulan. Jumlah itu di luar kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak. Karena itu, produksi dan kebutuhan jagung harus dihitung dengan cermat.
Kekurangan pasokan bakal kembali membuat harga jagung melonjak sehingga biaya pakan yang ditanggung para peternak ayam rakyat juga akan melonjak. Dalam struktur biaya pakan ayam petelur, porsi jagung paling tinggi, yaitu mencapai 50 persen.
Sekretaris Pinsar Petelur Nasional Suci Paramitasari Syahlani mengatakan, cara pemerintah menyelesaikan persoalan lonjakan harga jagung seperti pemadam kebakaran. Ketika harga jagung telah melonjak dan peternak berteriak memprotes kenaikan harga jagung, pemerintah baru turun tangan melakukan impor.
Pihaknya berharap pemerintah bisa mengambil langkah antisipatif untuk mencegah lonjakan harga jagung terulang. Jika stok jagung nasional diprediksi kurang dibandingkan kebutuhan pada bulan-bulan tertentu, pemerintah bisa mengambil tindakan antisipasi mencegah gejolak harga, misalnya, membuka keran impor jagung.
Suci menambahkan, para peternak ayam petelur skala kecil tidak semunya bisa membeli jagung impor dari Bulog karena keterbatasan modal sehingga umumnya membeli jagung di pasaran. Karena itu, pemerintah diharapkan bisa menjaga harga jagung di pasaran tetap stabil. Ini untuk menjaga kelangsungan usaha para peternak ayam petelur rakyat.