Penangkar Benih Kedelai Berbasis Komunal Jadi Ujung Tombak
Didorong munculnya para penangkar benih kedelai di berbagai daerah di Indonesia. Penangkar benih kedelai lokal tersebut diharapkan bisa memasarkan produknya ke masyarakat sekitar, sehingga kebutuhan benih kedelai bisa tercukupi dengan cepat.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS – Upaya menghadirkan para penangkar benih kedelai lokal dari berbagai daerah di Indonesia harus terus didorong. Mereka diharapkan menjadi ujung tombak memasarkan produknya ke masyarakat sekitar sehingga kebutuhan benih kedelai bisa tercukupi cepat dan leluasa.
Harapan itu menjadi benang merah dalam acara "Pelatihan dan Penguatan Penangkar Benih Kedelai Nasional Berbasis Komunal" di Malang, Jawa Timur, Senin (29/4/2019). Pelatihan digelar Syngenta Foundation for Sustainable Agriculture (SFSA) atau Yayasan Syngenta bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) Malang.
SFSA adalah organisasi nirlaba berpusat di Swiss. Mereka fokus pada program pemberdayaan usaha tani. Mulai dari pengenalan asuransi pertanian hingga memunculkan teknologi benih varietas baru yang berkualitas serta terjangkau bagi petani. Aktivitas Yayasan Syngenta di Indonesia ada di Lampung, Jawa Barat hingga Nusa Tenggara Timur.
Peserta pelatihan kali ini 30 penangkar benih kedelai kecil dan menengah dari 12 provinsi di Indonesia. Mereka berasal dari Serdang Bedagai di Sumatera Utara, Tebo (Jambi), Tanah Datar (Sumatera Barat), Pandeglang (Banten), Karawang, Subang, Majalengka, dan Bandung (Jawa Barat).
Selain itu, ada juga peserta dari Gunung Kidul dan Bantul (DI Yogyakarta), Ende dan Kupang (NTT), Bima (Nusa Tenggara Barat), Banggai (Sulawesi Tengah), Minahasa Tenggara dan Minahasa Selatan (Sulawesi Utara), serta Goa (Sulawesi Selatan).
“Peserta akan mendapatkan materi mulai dari pemilihan varietas, budidaya, pemahaman dan pengenalan hama dan penyakit, panen dan pasca panen. Selanjutnya, mereka juga mendapat materi teknik penyimpanan. Tahap itu sangat krusial bagi kualitas benih kedelai,” kata Teddy H Tambu, Ketua Yayasan Syngenta di Malang.
Teddy menjelaskan Yayasan Syngenta setidaknya selama enam bulan memilih penangkar benih kecil bersertifikat yang akan dijadikan peserta pelatihan. Sebab, sertifikat penangkaran memang menjadi syarat untuk bisa memproduksi benih.
Menurut Teddy, peserta akan memproduksi benih kedelai setelah pelatihan, dengan target total 58 ton benih kedelai bekualitas dan bersertifikat siap tanam tahun ini. Benih itu nantinya akan dijual ke petani di daerah masing masing. Target kedelai konsumsi dari hasil petani berkisar 3.500 ton dengan potensi hasil produksi sebesar 2 ton per hektar.
"Harapannya, roda usaha akan mulai berjalan dengan target kualitas benih yang baik serta manajemen simpan yang tepat. Ini solusi pemenuhan benih kedelai masyarakat dengan cepat,” kata Teddy.
Benih kedelai yang dihasilkan dan digunakan oleh masyarakat setempat, menurut Teddy, akan mengurangi penurunan kualitas benih kedelai. Selama ini, banyak benih diambil dari berbagai sentra produksi yang rata-rata lokasinya jauh dari kediaman masyarakat.
“Benih kedelai adalah makhluk hidup. Semakin lama dalam proses pengiriman, akan mengurangi kualitasnya. Benih dengan kualitas turun akan membuat produksi kedelai juga turun. Oleh karena itu, jika masyarakat bisa membuat benih sendiri itu lebih baik,” kata Teddy.
Dalam buku "Prinsip-prinsip Produksi Benih Kedelai" (2015), Teddy mengutip, sistem perbenihan kedelai secara formal belum berjalan sebagaimana diharapkan. Akibatnya, petani pengguna benih bermutu, kata Teddy, diperkirakan masih sekitar 30 persen.
“Untuk memenuhi kebutuhan benih kedelai bermutu itu perlu dibina usaha penangkaran benih, terutama di sentra produksi kedelai. Oleh karena itu kemampuan penangkar benih lokal guna memenuhi kebutuhan benih berkualitas harus ditingkatkan. Mereka harus berdaya saing serta mengenal varietas kedelai unggul hingga ke pedesaan,” kata Teddy.
Adi Gunawan, narasumber pelatihan sekaligus penangkar benih professional, mengatakan, selain meningkatkan kapasitas penangkar benih, cara berbisnis benih juga harus diperhatikan. “Pasar benih kedelai tidak hanya melalui pemerintah. Bisa juga di pasar bebas. Artinya, prospek bisnis penangkaran benih juga bagus,” kata dia.