Tiga Perjalanan KA Lewat Daop 7 Madiun Terlambat Akibat Banjir Pasuruan
Banjir yang merendam wilayah Pasuruan ternyata berimbas pada perjalanan kereta api dari Surabaya ke wilayah Daerah Operasional 7 Madiun. Sedikitnya ada tiga kereta api yang mengalami keterlambatan perjalanan sekitar 40 menit hingga 229 menit.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI/ IQBAL BASYARI
·3 menit baca
MADIUN, KOMPAS-Banjir yang merendam wilayah Pasuruan ternyata berimbas pada perjalanan kereta api dari Surabaya ke wilayah Daerah Operasional 7 Madiun. Sedikitnya ada tiga kereta api yang mengalami keterlambatan perjalanan sekitar 40 menit hingga 229 menit.
Manajer Humas PT KAI Daop 7 Madiun Ixfan Hendriwintoko mengatakan tiga perjalanan kereta yang terlambat itu adalah KA Ranggajati relasi Surabaya Gubeng-Cirebon, KA Sri Tanjung relasi Surabaya Gubeng-Lempuyangan Yogyakarta, dan KA Logawa relasi Surabaya Gubeng-Purwokerto.
“Perjalanan KA Ranggajati mengalami keterlambatan 229 menit dari jadwal yang ditentukan, sedangkan KA Sri Tanjung terlambat 40 menit. Adapun KA Logawa terlambat 201 menit,” ujar Ixfan yang dihubungi Senin (29/4/2019).
Akibat keterlambatan perjalanan kereta itu, banyak penumpang yang membatalkan perjalanannya. Ada pula yang menjadwalkan ulang rencana perjalanannya dengan kereta api. Bagi penumpang yang membatalkan perjalanan, pihaknya memberikan kompensasi berupa pengembalian uang sesuai dengan harga pembelian tiket secara penuh.
Sedangkan penumpang yang ingin menjadwalkan ulang perjalanannya juga dibantu oleh PT KAI Daop 7. Perusahaan milik negara ini juga menyiapkan pelayanan khusus bagi penumpang yang tetap menunggu kedatangan kereta api dengan lama keterlambatan lebih dari tiga jam.
“Pelayanan ini merupakan service recovery, adapun bentuknya berupa pemberian makanan ringan dan minuman kepada penumpang yang menunggu keterlambatan kereta lebih dari tiga jam,” kata Ixfan.
Banjir merendam lintasan kereta api antara Daop 8 Surabaya dan Daop 9 Jember tepatnya KM 58+2/3 yang berlokasi antara Stasiun Bangil dengan Stasiun Pasuruan. Tinggi genangan mencapai 15 sentimeter diatas kepala rel sehingga jalur tidak bisa dilewati kereta. Akibatnya jalur terputus dan seluruh perjalanan kereta lumpuh.
Sementara itu banjir yang merendam Jalan Raya Porong di Sidoarjo, tidak sampai berdampak pada jalur kereta api yang ada di sebelahnya. Sebab lintasan kereta api ini sebelumnya sudah ditinggikan 100 cm diatas kepala rel dan hal itu merupakan ketinggian maksimal untuk jalur di Porong.
“Jalur kereta masih normal, hanya jalan raya yang terendam banjir. Kondisi jalan masih ditutup total hingga malam ini karena dikhawatirkan membahayakan keselamatan pengendara yang melintas,” ujar Kepala Unit Lantas Polsek Porong Iptu Sunardi.
Curah hujan meningkat
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Timur Subhan Wahyudiono menuturkan, curah hujan di beberapa wilayah di Jatim meningkat. Kondisi itu mengakibatkan beberapa daerah tergenang banjir akibat meluapnya sungai yang tidak mampu menampung air.
Banjir terjadi di Pasuruan, Kediri, Sidoarjo, Mojokerto, dan Gresik. Penyebabnya yakni meluapnya aliran sungai di kawasan tersebut. “Aktivitas warga masih normal dan tidak ada pengungsi. Dampak yang dirasakan adalah terhambatnya akses transportasi karena banjir terjadi di wilayah akses jalan dan rel kereta api,” katanya.
Kereta api BBM melintas di sisi Jalan Raya Porong yang terendam banjir, Sidoarjo, Sabtu (19/1/2019). Banjir membuat jalan Raya Porong tidak bisa dilalui dan pengendara dilewati jalan lingkar.
Aktivitas warga masih normal dan tidak ada pengungsi. Dampak yang dirasakan adalah terhambatnya akses transportasi karena banjir terjadi di wilayah akses jalan dan rel kereta api
Kepala Stasiun Badan Meteorologi Klimatologidan Geofisika Kelas 1 Juanda, Surabaya, Bambang Hargiono, mengatakan, hujan dengan intensitas lebat diperkirakan masih akan terjadi hingga satu pekan mendatang. Wilayah yang perlu wasapada antara lain Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Pasuruan, Madiun, Jombang, Nganjuk, dan Mojokerto.
Meningkatnya intensitas hujan itu disebabkan pada akhir April terdapat aktivitas gelombang atmosfer madden Julian Oscillation (MJO) fase basah. MJO merupakan gelombang atmosfer di wilayah tropis yang tumbuh dan berkembang di Samudera Hindia akibat interaksi atmosfer dan lautan secara global dengan periode 30 hingga 90 hari dan bergerak merambat ke timur.
“Fenomena ini berperan dalam peningkatan massa udara basah di sebagian wilayah Jatim. Kami mengimbau warga selalu waspada terhadap dampak lanjutan, seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, dan angina kencang,” kata Hargiono.