Masyarakat Nusa Tenggara Timur diajak mengkonsumsi ikan. Ikan memiliki protein, dan kadar omega tinggi untuk meningkatkan kecerdasan seseorang. Apalagi NTT dikelilingi laut, memiliki potensi ikan sangat besar. Semua pihak harus terlibat mendorong anak-anak mengkonsumsi ikan.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
BAJAWA, KOMPAS — Masyarakat Nusa Tenggara Timur diajak mengonsumsi ikan. Ikan memiliki protein dan kadar omega tinggi untuk meningkatkan kecerdasan seseorang. Apalagi, NTT dikelilingi laut sehingga memiliki potensi ikan sangat besar. Semua pihak harus terlibat mendorong anak-anak mengonsumsi ikan.
Ketua Forum Koordinasi Peningkatan Konsumsi Ikan Nusa Tenggara Timur (NTT) Julie Sutrisno Laiskodat di Desa Mangeruda, Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada, 25 km dari Bajawa, Rabu (1/5/2019), mengatakan, ikan di perairan NTT belum tercemar bahan limbah apa pun. NTT belum memiliki industri besar yang membuang limbah ke laut seperti daerah lain.
Ikan di NTT masih sangat segar, tidak mengandung logam berat atau zat-zat lain yang berdampak bagi kesehatan. Laut NTT belum tercermar, masih bening, segar, dan tidak terkontaminasi.
”Mari kita makan ikan setiap hari untuk meningkatkan daya tahan tubuh, protein, omega tiga, dan omega enam. Kandungan omega ini bermanfaat meningkatkan kecerdasan seseorang, apalagi anak-anak masih di bangku pendidikan,” kata Julie.
Pernyataan Julie ini disampaikan pada penyelenggaraan Bulan Bhakti Masyarakat Ke-16, Hari Kesatuan Gerak PKK Ke-47, Hari Keluarga Nasional Ke-26, dan gelar teknologi tepat guna tingkat provinsi di Desa Mangeruda, Kecamatan Soa, Ngada. Sejumlah pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) tingkat provinsi ikut hadir dalam kegiatan ini.
Ia mengatakan, selama ini ikan yang dikonsumsi masyarakat Ngada dan masyarakat kabupaten/kota di NTT sering didatangkan dari luar oleh nelayan. Banyak masyarakat NTT menetap di pesisir, tetapi selalu mengarah ke daratan untuk mencari nafkah. Mereka seakan ”membelakangi” laut yang ada di depan. Selama sembilan bulan kering, mestinya mereka bisa beralih ke laut.
Saat ini NTT mendapat urutan nomor satu stunting dan gizi buruk nasional. Kaum ibu rumah tangga tidak hanya menunggu sang suami bekerja mencari nafkah, tetapi juga bisa berkreasi mengolah makanan yang ada di sekitar, menjadi lebih bergizi bagi anak-anak.
Kita juga sedang membentuk kelompok masyarakat budidaya ikan air tawar seperti ikan lele, udang, gurami, ikan mas, dan nila. Ikan-ikan ini belum banyak dibudidayakan sehingga tidak banyak warga mengonsumsi jenis ikan air tawar ini. Sementara dari sisi kesehatan, khusus penyakit tertentu, penderita sebaiknya mengkonsumsi ikan air tawar.
Di samping mengonsumsi ikan, daun kelor pun diyakini bisa mengatasi masalah gizi buruk dan stunting ini. Ibu harus bisa mengolah pangan lokal secara bervariasi demi kecerdasan anak, sekaligus menciptakan generasi NTT di masa depan yang lebih berkualitas.
Belum digarap
Bupati Ngada Paulus Soli Woa mengatakan, Kabupaten Ngada memiliki laut dengan potensi ikan yang belum digarap. Pemkab Ngada telah membentuk kelompok-kelompok nelayan dengan pemberian bantuan alat tangkap dam perahu kepada mereka.
”Kita juga sedang membentuk kelompok masyarakat budidaya ikan air tawar seperti ikan lele, udang, gurami, ikan mas, dan nila. Ikan-ikan ini belum banyak dibudidayakan sehingga tidak banyak warga yang mengonsumsi jenis ikan air tawar ini. Sementara dari sisi kesehatan, khusus penyakit tertentu, penderita sebaiknya mengonsumsi ikan air tawar,” kata Soliwoa.
Ia mengajak para orangtua di Ngada untuk lebih sering memberi anak-anak mengonsumsi ikan, baik ikan laut maupun ikan air tawar. Ikan memiliki kandungan gizi luar biasa bagi tumbuh-kembang anak-anak.
Masalah stunting yang menimpa sebagian besar anak-anak di NTT, dan menjadi masalah nasional saat ini, perlu disikapi semua pihak. Sekolah-sekolah wajib memiliki kolam ikan untuk memelihara ikan air tawar. Agar anak-anak menjadi cerdas, mereka harus mengonsumsi makanan berkualitas termasuk ikan.