Banjir Kali Lamong hingga Jumat (3/5/2019) pukul 19.00, menggenangi 27 desa di enam kecamatan, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Luapan sungai tersebut menggenangi 4.325 rumah dan 969 hektar sawah.
Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
·3 menit baca
GRESIK, KOMPAS - Banjir Kali Lamong hingga Jumat (3/5/2019) pukul 19.00, menggenangi 27 desa di enam kecamatan, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Luapan sungai tersebut telah menggenangi 4.325 rumah dan 969 hektar sawah.
Selain itu, ada dua titik tanggul jebol yakni di Desa Cernen, Kecamatan Kedamean tepatnya di Dusun Gorekan Kidul dan Desa Jono, Kecamatan Cerme. Sejumlah sekolah dan tempat ibadah juga terendam termasuk Masjid Baitul Mukhlisin di Raya Cerme Kidul.
KepalaBPBD Gresik Tarso Sugito menyebutkan, pada Jumat pukul 00.00, genangan di Desa Ngampel, Dapet, Banjaragung, Wotansari, Karangsemanding, Sekarputih, Pucung, Kecamatan Balongpanggang mulai surut. Tetapi pukul 08.00 limpahan air dari wilayah hulu di Mojokerto dan Jombang membuat daerah langganan banjir itu kembali tergenang. Banjir juga menerjang Desa Sukorejo, Kecamatan Kebomas.
Sejumlah warga di Desa Iker-iker, Kecamatan Geger dievakuasi dengan perahu karet baik dari TNI Angkatan Laut, Polisi Perairan, BPBD Gresik, dan relawan. Perahu itu juga digunakan untuk distribusi makanan siap saji bagi warga yang bertahan di rumah.
Menurut Tarso, pos lapangan didirikan di Pendopo Kecamatan Cerme. Dapur umum didirikan di Balai Desa Munggugianti dan depan ruko Iker iker Geger.
Sementara itu, akibat dampak banjir, sejumlah ruas jalan ditutup. Polisi bahkan sudah jalan menuju Cerme sejak dekar terminal Bunder terutama untuk kendaraan truk dan bus.
Adapun genangan di Jalan Raya Cerme Kidul, Jalan Raya Morowudi, dan Jalan Raya Boboh masih berkisar 30-80 sentimeter. Ruas jalan yang ditutup di antaranya Ruas Boboh Menganti-Surabaya yang tergenang sepanjang 400 meter dengan ketinggian 30 cm-100cm.
Adapun ruas Morowudi-Benjeng arah Mojokerto dan Lamongan tergenang 30-70 cm sepanjang 800 meter. Genangan juga terjadi di Jalan Raya Klampok-Benjeng sepanjang 300 meter dengan ketinggian berkisar 30-120 cm.
Sejumlah warga sempat kaget, Jalan Raya Cerme Kidul yang 10 tahun terakhir tidak terendam, kembali terendam. Bahkan air juga menggenangi Masjid Baitul Mukhlisin. "Air mulai menggenangi jalan pada Kamis (2/5/2019) usai maghrib. Ini banjirnya parah," kata Suhartini (48).
Sementara, di Desa Dungus, genangan juga masih tinggi. Sepeda motor dikumpulkan di parkir sekitar balai desa. Selanjutnya, warga berjalan kaki melintasi genangan menuju rumah masing-masing. "Ini sudah tiga hari belum surut," ujar Sukardi (56), warga Dungus.
Di Boboh, Menganti dan Morowudi, air banjir sudah berwarna kehijauan. Kondisi genangan di jalan juga membuat lubang di jalan tak terlihat. "Jika air sudah surut, biasanya jalan rusak," kata Muslimun (39) warga Boboh.
Menurut dia, banjir bukan hanya dipicu hujan deras limpahan dari wilayah hulu saja. Namun, banyak daerah tangkapan air berkurang dan beralih fungsi menjadi perumahan, pergudangan, ruko, hingga proyek jalan tol. "Ini diperparah Kali Lamong tak ada tanggul, serta sungai menyempit dan dangkal," katanya.