Optimalkan Dana Desa untuk Tingkatkan Sanitasi di Daerah
Minimnya fasilitas sanitasi masih menjadi persoalan di sejumlah daerah di Jawa Tengah, antara lain Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Guna mengatasi itu, dana desa dioptimalkan untuk pembuatan jamban sehat bagi warga.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
WONOSOBO, KOMPAS - Minimnya fasilitas sanitasi masih menjadi persoalan di sejumlah daerah di Jawa Tengah, antara lain Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Guna mengatasi itu, dana desa dioptimalkan untuk pembuatan jamban sehat bagi warga.
Yanto (31), warga Desa Tieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jumat (3/5/2019), mengatakan, di desanya, masih banyak warga belum memiliki jamban sehat. Salah satu alasannya, lantaran harus mengeluarkan uang lebih dari Rp 1 juta.
Menurut Yanto, warga yang enggan membuat jamban sehat di rumahnya sendiri itu akhirnya menggunakan toilet umum. "Meski ada toilet umum, tetapi pembuangannya juga sulit, sehingga ke kolam atau ke sungai. Sosialisasi sudah ada, tetapi memang kesadaran warga masih kurang," kata dia.
Kepala Bidang Pemerintahan Sosial Budaya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Wonosobo, Haris Gunarto, mengatakan, masih ada sekitar 103.000 rumah tangga di Wonosobo yang belum memiliki jamban sehat. Dari sejumlah daerah dengan tingkat capaian bebas buang air besar sembarangan (ODF) rendah, kondisi permukaan airnya dangkal.
"Ada beberapa, di antaranya Kecamatan Kertek dan Mojotengah. Misalnya digali hanya beberapa meter, air sudah muncul. Dengan melimpahnya air ini, mungkin merasa tak perlu membuat jamban, kendati sebenarnya secara teknis mereka bisa membuat," kata Haris.
Dia menambahkan, untuk meningkatkan tingkat sanitasi di Wonosobo, telah dicanangkan program percepatan pencapaian ODF, antara lain dengan mengoptimalkan dana desa. Jika hanya mengandalkan APBD, persoalan tersebut akan sulit teratasi.
Untuk meningkatkan tingkat sanitasi di Wonosobo, telah dicanangkan program percepatan pencapaian ODF, antara lain dengan mengoptimalkan dana desa
Menurut Haris, Pemkab mengintervensi dengan mendorong agar dana desa dapat dialokasikan untuk pembuatan jamban sehat. "Tahun ini Rp 8,8 miliar khusus untuk jamban sehat. Desa-desa yang sebelumnya mengalokasikan dana desa sekitar Rp 20 juta per tahun untuk jamban sehat, sekarang berkisar Rp 100 juta-Rp 200 juta," ucap Haris.
Sementara itu, di Banjarnegara, masih rendahnya tingkat sanitasi antara lain yakni di Desa Gentansari, Kecamatan Pagedongan. Sebagian warga sebenarnya sudah memiliki toilet di rumah, tetapi pembuangannya ke kolam. Karena memiliki kolam, mereka enggan mengeluarkan uang lebih untuk membuat saluran pembuangan yang tepat.
Sekretaris Desa Gentansari, Kecamatan Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara, Heru Wiharso, menuturkan, jumlah rumah tangga yang memiliki jamban sehat masih rendah atau sekitar separuh dari 1.000-an rumah di Gentansari. Selain sosialisasi dari kader puskesmas, juga dioptimalkan dari dana desa.
Menurut Heru, pihaknya terus mengupayakan agar jumlah warga yang memiliki jamban sehat terus bertambah. "Misalnya, setiap kami mengadakan rehabilitasi rumah tak layak huni, jamban sehat harus menjadi paket. Mau tidak mau, mereka harus ikut," katanya.
Setidaknya, lanjut Heru, sebagian besar warga sudah memiliki jamban di rumah masing-masing, kendati masih ada kendala pada pembuangan. Menurut dia, tempat pembuangan yang langsung ke kolam sudah jauh berkurang meskipun belum sepenuhnya dapat dihilangkan.