Sebagian desa di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, yang semula hanya memfokuskan diri pada pertanian tembakau, kini mulai mengalihkan perhatian dengan bergerak di sektor wisata. Selain memperbaiki manajemen pengelolaan obyek wisata alam yang sudah ada, mereka pun berupaya membangkitkan potensi wisata dilakukan dengan membangun obyek wisata buatan.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS - Sebagian desa di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, yang semula hanya memfokuskan diri pada pertanian tembakau, kini mulai mengalihkan perhatian dengan bergerak di sektor wisata. Selain memperbaiki manajemen pengelolaan obyek wisata alam yang sudah ada, mereka pun berupaya membangkitkan potensi wisata dilakukan dengan membangun obyek wisata buatan.
Kepala Desa Rejosari, Kecamatan Bansari Teguh Rahayu mengatakan, di Desa Rejosari kini telah terbangun obyek wisata air Sindoro Water Park. Obyek wisata yang baru dibangun dengan dana desa sebesar Rp 500 juta ini, diharapkan dapat menjadi penggerak baru bagi perekonomian warga, setelah kejayaan pertanian tembakau berakhir pada 2012 silam.
“Dengan membangun dan membuka obyek wisata baru ini, kami berharap bisa memberikan gambaran bahwa ada potensi lain selain tembakau, yang prospektif untuk digarap di masa depan,” ujarnya, Kamis (8/5/2019).
Sindoro Water Park mulai dibangun pada Agustus 2018. Adapun lahan yang dipakai adalah lahan non produktif yang merupakan tanah kas desa, seluas sekitar 5.000 meter persegi. Di awal dibuka di Maret 2019, obyek wisata ini telah mendatangkan pendapatan Rp 16 juta, dan Rp 19 juta di April lalu.
Sejak dibangun dan dibuka, obyek wisata Sindoro Water Park telah membantu membuka lapangan pekerjaan baru bagi lebih dari 100 warga. Selain mereka yang terlibat dalam manajemen pengelolaan obyek, banyak orang lainnya akhirnya juga bisa mendapatkan cipratan rezeki dengan berdagang di 22 lapak di sekitar obyek wisata.
Dengan membangun dan membuka obyek wisata baru ini, kami berharap bisa memberikan gambaran bahwa ada potensi lain selain tembakau, yang prospektif untuk digarap di masa depan
Tidak hanya itu, Teguh mengatakan, sejak tahun 2018, rencana pembangunan dan pembukaan obyek wisata baru tersebut akhirnya juga mendorong berbagai unit usaha baru di kampung-kampung di luar obyek. Usaha baru yang dimaksudkan antara lain adalah usaha di bidang kuliner, kerajinan tangan, dan homestay.
Mengalihkan perhatian
Sekalipun baru dibuka selama dua bulan, Teguh mengatakan, keberadaan obyek wisata baru ini juga sudah mulai membuat sebagian warga mengalihkan perhatian dari pertanian tembakau.
“Pada awal musim tanam tembakau seperti sekarang ini, pekerjaan menyiapkan lahan dan bibit yang biasanya dikerjakan berdua oleh pasangan suami istri, kini hanya dikerjakan oleh pihak suami saja. Banyak ibu kini lebih suka berjualan di sekitar obyek wisata,” ujarnya.
Kondisi serupa juga terjadi di tiga desa di Kecamatan Wonoboyo. Di desa-desa tersebut, upaya menghidupkan potensi wisata dilakukan dengan membenahi obyek wisata alam yang sudah ada. Di satu desa, upaya pembenahan sudah dilakukan sejak tahun 2013 dan di dua desa lainnya, dilakukan sejak tahun 2015.
Sekretaris Kecamatan Wonoboyo, Budi Supriyono, mengatakan, pembenahan di lebih dari tiga obyek wisata di tiga desa tersebut, telah menciptakan lapangan kerja bagi ratusan warga, yang mayoritas adalah anak muda, berusia 17-30 tahun.
Kendatipun demikian, menurut dia, ramainya kunjungan wisata tersebut belum bisa sepenuhnya membuat masyarakat meninggalkan pertanian tembakau.
“Dengan mempertimbangkan kesibukan di lahan pertanian, maka di musim tanam atau panen, jadwal kerja petugas di obyek wisata terpaksa harus diatur bergilir,” ujarnya.
Hal ini terjadi karena ramainya tingkat kunjungan hanya berlangsung di waktu-waktu tertentu seperti musim liburan panjang.
Berangkat dari kondisi ini, Budi berharap, Pemerintah Kabupaten Temanggung pun mau membantu menambah, melengkapi fasilitas untuk mendukung pengembangan obyek-obyek wisata di Kecamatan Wonoboyo.
Dengan mempertimbangkan kesibukan di lahan pertanian, maka di musim tanam atau panen, jadwal kerja petugas di obyek wisata terpaksa harus diatur bergilir
“Jika obyek wisata semakin bagus dan semakin ramai dikunjungi, maka nantinya pasti warga tidak lagi sempat berpikir soal tembakau,” ujarnya.
Kepala Sub Bidang Perencanaan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Temanggung Dwi Sukarmei, mengatakan, bahwa sejak tahun 2017, Pemerintah Kabupaten Temanggung sudah memberikan alokasi pagu umum dan pagu tematik bagi kecamatan.
Dengan alokasi ini, masyarakat di tiap kecamatan diberi kebebasan untuk mengatur alokasi dana untuk kegiatan pembangunan apa pun, sesuai dengan kebutuhan di daerahnya. Dengan upaya ini, masyarakat diharapkan dapat lebih terbuka, dan mau mengembangkan potensi lain di luar pertanian tembakau.