Paket Wisata Terintegrasi Bakal Genjot Ekonomi NTB
Pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat di tingkat regional dan sesama wilayah terdampak gempa masih relatif rendah. NTB perlu menggenjot sektor pariwisata, salah satu caranya membuat produk paket wisata terintegrasi dengan Bali.
Oleh
KHAERUL ANWAR
·2 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat di tingkat regional dan sesama wilayah terdampak gempa masih relatif rendah. NTB perlu menggenjot sektor pariwisata, salah satu caranya membuat produk paket wisata terintegrasi dengan Bali.
Hal itu menjadi benang merah dari pendapat yang dipapaprkan beberapa pihak terkait, seperti Ketua Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) NTB Dewantoro Umbu Joka, Kepala Fungsi Komunikasi dan Koordinasi Kebijakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah NTB Dan Aditya.
”Paket wisata terintegrasi adalah rekomendasi kami. Silakan apabila nanti ditindaklanjuti Pemerintah Provinsi NTB. Mungkin bisa dimulai dengan kesepakatan antara Pemprov NTB dan Pemprov Bali,” ujar Aditya dalam acara Ngaji Bareng Pak Gubernur dan dilanjutkan buka puasa bersama di Mataram.
Dewantoro menyambut baik paket wisata terintegrasi NTB-Bali itu. Alasannya, Ngurah Rai, Bali, adalah bandara internasional yang didarati pesawat dari seluruh dunia. Transportasi laut Bali-Lombok juga tersedia setiap saat. Dengan paket wisata terintegrasi itu, wisata NTB bakal lebih terpromosikan dengan efektif dan efisien ketimbang berpromosi ke negara atau daerah lain.
”NTB sudah diberkati dekat dengan Bali. Sekarang, bagaimana Pemprov NTB beserta pelaku pariwisata NTB memanfaatkan kedekatan wilayah itu. Caranya, kita kerja sama dan berbicara dengan Pemprov Bali agar membuka peluang dan membantu mempercepat pemulihan ekonomi NTB,” ucap Dewantoro.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB Achris Sarwani mengatakan, World Economic Outlook menyebutkan, pada April 2019, produk domestik bruto dunia 3,3 persen dan pertumbuhan ekonomi nasional ada di kisaran 5 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi NTB triwulan I-2019 tercatat 2,12 persen atau terendah di regional Bali-Nusa Tenggara. Pertumbuhan ekonomi Bali 5,94 persen dan Nusa Tenggara Timur 5,09 persen.
Gempa yang melanda Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi NTB sejak triwulan III-2018, menjadikan ekonomi NTB mengalami penurunan. Penurunan kinerja ekspor konsentrat tembaga juga sangat memengaruhi perekonomian NTB pascagempa.
Apabila dibandingkan dengan daerah lain yang terdampak gempa, seperti Sulawesi Tengah, perekonomian NTB harus terus digenjot. Pertumbuhan ekonomi di Sulteng 6,77 persen pada triwulan I-2019. Hal itu ditopang pemasukan dari daerah yang tidak terdampak gempa, seperti LNG dan Gas di Luwuk, industri pengolahan nikel di Kabupaten Banggai, serta perusahaan nikel dan baja di Kabupaten Morowali.
Untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi NTB, perlu diajukan rekomendasi jangka pendek dan jangka panjang. Khusus jangka pendek bisa dilakukan akselerasi belanja daerah, hilirisasi industri pengolahan sumber daya alam, dan integrasi paket wisata Provinsi NTB-Provinsi Bali. Gubernur NTB Zulkieflimansyah mengatakan, industrialisasi menjadi salah satu solusi meningkatkan perekonomian NTB. Oleh karena itu, industrialisasi harus segera hadir di NTB.