Sejumlah tantangan dihadapi Jawa Barat dalam mempersiapkan arus mudik Lebaran 2019. Sebagai wilayah perlintasan utama, setidaknya provinsi akan dilintasi jutaan kendaraan. Titik rawan telah dipetakan, mulai dari potensi kecelakaan, titik kemacetan hingga daerah rawan bencana.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Sejumlah tantangan dihadapi Jawa Barat dalam mempersiapkan arus mudik Lebaran 2019. Sebagai wilayah perlintasan utama, setidaknya provinsi akan dilintasi jutaan kendaraan. Titik rawan telah dipetakan, mulai dari potensi kecelakaan, titik kemacetan hingga daerah rawan bencana.
Dalam rapat koordinasi lintas sektoral di Bandung, Kamis (9/5/2019), Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat Hery Antasari memaparkan, Jawa barat memiliki jalur-jalur utama dalam arus mudik dan arus balik dengan kemantapan infrastruktur mencapai 98 persen.
Jalur utama yang menjadi perhatian adalah Jalan Tol Trans Jawa dan Jalur Pantura yang berada di sebelah Utara dan Jalur Pantai Selatan yang melintasi Jawa Barat bagian tengah dan selatan.
Di jalur ini, Kementerian Perhubungan memprediksi jumlah pemudik mobil pribadi mencapai 1,71 juta jiwa dengan menggunakan kendaraan hampir 400.000 unit. Kepadatan kedua disumbangkan dari jalur Pantura sebanyak 1,17 juta jiwa yang menggunakan lebih dari 273.000 kendaraan. Sedangkan untuk jalur Pantai Selatan, jumlah kendaraan berkisar di 84.800 unit kendaraan dari 364.700 jiwa pemudik.
“Dengan banyaknya kendaraan tersebut, Jawa Barat mendapatkan tantangan. Beberapa daerah di Jawa Barat masih rawan kemacetan, bencana alam dan kecelakaan lalu lintas. Belum lagi kondisi geometri jalan di Jabar umumnya ekstrim, sempit dan berliku seperti di Nagreg dan Gentong. Semua butuh perhatian,” ujarnya.
Hery menuturkan, di ruas-ruas tol diprediksi terjadi penumpukan kendaraan seperti di Tol Cipali dan Cikampek. Beberapa pintu tol di Jabar yang diantisipasi di antaranya Gerbang Tol Kertajati, Pasteur, Cileungi, Palimanan dan Ciperna.
Dengan banyaknya kendaraan tersebut, Jawa Barat mendapatkan tantangan. Beberapa daerah di Jawa Barat masih rawan kemacetan, bencana alam dan kecelakaan lalu lintas. Belum lagi kondisi geometri jalan di Jabar umumnya ekstrim, sempit dan berliku seperti di Nagreg dan Gentong. Semua butuh perhatian
Potensi kemacetan juga terjadi di ruas-ruas jalan yang mengalami penyempitan akibat aktivitas masyarakat lokal, seperti pasar tumpah dan penyeberangan jalan. Beberapa titik yang menjadi perhatian terdapat di Limbangan, Leles dan Ciawi karena sering menyumbang kemacetan saat mudik.
Sebagai bentuk antisipasi, ujar Hery, petugas akan menertibkan penyebab utama potensi kemacetan. Kantong-kantong parkir akan disediakan di lokasi wisata dan rambu darurat disiagakan sebagai persiapan untuk rekayasa lalu lintas darurat.
Banyak titik kecelakaan
Selain titik kemacetan, daerah rawan kecelakaan juga dipetakan. Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Barat Kombes Mochamad Aris berujar, terdapat 16 titik kecelakaan di wilayah utara, sembilan titik di tengan dan sembilan titik di selatan. Daerah ini tersebar dari Polres Karawang, Purwakarta, hingga Polres Ciamis di sebelah selatan dan Polres Cirebon Kota di utara.
Tidak hanya itu, potensi bencana juga menjadi perhatian dalam mudik kali ini. Aris menjabarkan, beberapa daerah rawan longsor diwaspadai, seperti Puncak Bogor, Cadas Pangeran Sumedang, Tol Cipali Subang dan tanjakan Gentong di Kabupaten Tasikmalaya.
“Khusus untuk di daerah padat seperti Limbangan, kami akan melakukan kanalisasi terhadap penyeberang jalan. Selain itu, prioritas arus diutamakan untuk menghindari kemacetan. Rekayasa lalu lintas seperti sistem astu arah akan dilakukan untuk mengurai kemacetan,” ujarnya.