Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam Provinsi Papua akan merehabilitasi Cagar Alam Cycloop beserta kawasan penyangga agar mencegah kembali terjadi bencana banjir bandang. Target rehabilitasi mencapai 1.500 hektar.
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam Provinsi Papua akan merehabilitasi Cagar Alam Cycloop beserta kawasan penyangga agar mencegah kembali terjadi bencana banjir bandang. Target rehabilitasi mencapai 1.500 hektar.
Demikian hal ini disampaikan Kepala Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Papua Edward Sembiring di Jayapura, Jumat (10/5/2019). Areal Seluas 1.500 hektar yang menjadi target rehabilitasi BKSDA Papua meliputi 1.000 hektar di Cagar Alam Cycloop dan 500 hektar di kawasan penyangga.
Total anggaran yang disiapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk program rehabilitasi Cagar Alam Cycloop dan kawasan penyangga mencapai Rp 52 miliar.
"Dari hasil temuan BKSDA Papua, seluas 1.500 hektar di areal Cagar Alam Cycloop beserta kawasan penyangga dalam kondisi telah terbuka. Areal ini terletak dari Sentani hingga Kota Jayapura, " ungkap Edward.
Ia menuturkan, lima tim survei dari BKSDA Papua saat ini diterjunkan ke sejumlah lokasi yang menjadi target rehabilitasi. Adapun lokasi tersebut antara lain, Ravenirara, Moi, Sentani dan Port Numbay.
"Tugas utama mereka untuk mensurvei potensi tumbuhan endemik yang layak ditanam di lokasi-lokasi tersebut, semisal pohon suang, " katanya.
Dari hasil temuan BKSDA Papua, seluas 1.500 hektar di areal Cagar Alam Cycloop beserta kawasan penyangga dalam kondisi telah terbuka. Areal ini terletak dari Sentani hingga Kota Jayapura
Edward berpendapat, rehabilitasi Cagar Alam Cycloop beserta kawasan penyangga sangat penting untuk mencegah kembali terjadi bencana alam seperti banjir bandang di Kabupaten Jayapura pada 16 Maret 2019 lalu.
"Dari hasil temuan kami, terdapat 20 titik lokasi longsor di Cagar Alam Cycloop. Apabila terjadi hujan lebat maka dapat memicu longsor. Air disertai sedimen dan batu dapat menerjang pemukiman warga apabila tak ada pelindung di kawasan penyangga," kata Edward.
Ia menambahkan, BKSDA Papua juga akan merekonstruksi kembali patok batas Cagar Alam Cycloop sepanjang 109 kilometer yang kondisi mulai rusak.
Penyangga rusak
Pengamat lingkungan dari Universitas Cenderawasih Jayapura, Pri Hananto menilai, banjir bandang yang menerjang rumah warga di Sentani menunjukkan kondisi penyangga Cycloop diduga mengalami kerusakan.
"Diperlukan penanaman pohon-pohon keras seperti merbau, gamal dan matoa di kawasan penyangga untuk menahan material saat terjadi banjir atau longsoran dari Cagar Alam Cycloop," kata Pri.
Diketahui dari data WWF Indonesia Program Papua tahun 2018, jumlah luas kawasan penyangga di empat distrik berstatus sangat kritis mencapai 650,7 hektar.
Diperlukan penanaman pohon-pohon keras seperti merbau, gamal dan matoa di kawasan penyangga untuk menahan material saat terjadi banjir atau longsoran dari Cagar Alam Cycloop
Empat distrik ini adalah Jayapura Selatan dan Jayapura Utara yang terletak di Kota Jayapura, sedangkan Sentani Timur dan Waibu di Kabupaten Jayapura.
Adapun dampak banjir bandang terparah tersebar di tiga kelurahan dan lima kampung di empat distrik, yakni Sentani, Waibu, Sentani Barat dan Ravenirara. Sebanyak 106 orang meninggal dunia, 153 orang luka berat, 768 luka ringan dan 17 orang belum ditemukan hingga kini.
Total kerugian akibat banjir bandang di Kabupaten Jayapura mencapai Rp 506 miliar. Fasilitas publik yang mengalami kerusakan, antara lain, 7 unit jembatan, jalan sepanjang 21 kilometer, 21 unit sekolah, 115 ruko dan 5 tempat ibadah.
Sementara itu jumlah rumah yang mengalami kerusakan meliputi 291 unit rusak berat, 209 unit rumah rusak sedang dan 1.288 unit rumah rusak ringan. Sementara itu jumlah rumah milik warga di pinggiran Danau Sentani yang masih tergenang air sebanyak 1.639 unit.