Menjelang mudik Lebaran, jalur pantai utara Kabupaten Cirebon bagian timur yang menghubungkan Jawa Barat dan Jawa Tengah masih mengancam pengendara. Selain bergelombang dan berlubang, jalan utama non-tol pantura Jawa tersebut juga minim penerangan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS – Menjelang mudik Lebaran, jalur pantai utara Kabupaten Cirebon bagian timur yang menghubungkan Jawa Barat dan Jawa Tengah masih mengancam pengendara. Selain bergelombang dan berlubang, jalan utama non-tol pantura Jawa tersebut juga minim penerangan.
Pantauan Jumat (10/5/2019) sore, minimnya penerangan jalan umum (PJU) tampak antara lain di Jalan Raya Mundu. Hampir 1 kilometer tidak terlihat PJU. Padahal, di sisi kiri dan kanan jalan hanya terdapat tembok pembatas rel kereta api dengan jalan raya dan sejumlah pabrik. Kalau pun ada, penerangan itu berasal dari sejumlah pabrik dan masjid pinggir jalan.
Kondisi lebih parah juga terpantau setelah Jembatan Kalibangka, Pangenan. Hampir sepanjang delapan kilometer jalan, PJU yang tersedia tidak lebih dari lima unit. Jalur tersebut termasuk sepi karena di kanan dan kiri jalan hanya terdapat pabrik, tambak garam, dan sawah serta kebun tebu. PJU baru tampak di median jalan menjelang jembatan layang Gebang.
Minimnya PJU di jalan nasional tersebut dapat mengancam keselamatan pemudik. Selain berpotensi terjadi kriminalitas, hal itu juga memicu kecelakaan lalu lintas. Sebab, jalan bergelombang hingga berlubang menyebar di daerah Mundu, Pangenan, Gebang, hingga Losari.
Jalur pantura Cirebon timur jelas mengancam pemudik. Saya pernah hampir jatuh di Pangenan karena menghindari jalan berlubang. Ban motor saya juga pernah pecah di Losari karena tidak lihat jalan rusak, gelap
Salah satu titik terparah terdapat di depan SMKN 1 Mundu. Dari sekitar 50 meter panjang jalan, terdapat belasan lubang jalan yang lebarnya mencapai satu meter. Pengendara harus mengurangi laju kecepatannya untuk menghindari lubang tersebut. Bahkan, terdengar suara benturan kap saat truk gagal lolos dari jalan berlubang.
“Jalur pantura Cirebon timur jelas mengancam pemudik. Saya pernah hampir jatuh di Pangenan karena menghindari jalan berlubang. Ban motor saya juga pernah pecah di Losari karena tidak lihat jalan rusak, gelap,” ujar Erfan Septyawan (25), warga Cirebon yang kerap mudik ke Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jateng.
Rawan begal
Untuk mengatasi minimnya PJU, Erfan yang mengendarai sepeda motor memilih berada di belakang mobil. “Saya juga enggak mau jalan sendirian. Di sana, masih rawan begal. Semoga jalan rusak segera diperbaiki dan dibangun penerangan jalan,” ujarnya.
Kepala Unit Kecelakaan Lalu Lintas Polres Cirebon Inspektur Satu Endang Kusnandara mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak terkait, seperti dinas perhubungan setempat terkai minimnya PJU di pantura Cirebon timur. “Apalagi, Pangenan merupakan daerah rawan kecelakaan,” ucapnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo meminta Kementerian Perhubungan memaksimalkan penggunaan jalan utama non-tol di sepanjang pantai utara Jawa. Kemenhub memprediksi, jalur tersebut akan dilalui 1,17 juta jiwa lebih dari 237.000 kendaraan pada mudik kali ini. Cirebon menjadi lokasi penting karena berada di antara Jabar dan Jateng. (Kompas, 10/5/2019).