Siklon tropis Lili mendekati perairan selatan Nusa Tenggara Timur, tepatnya 550 km arah timur Kota Kupang. Semua pelayaran di perairan selatan NTT ditutup selama 1-2 hari ke depan. Masyarakat di pesisir selatan NTT diingatkan tidak boleh melaut.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Siklon tropis Lili makin mendekati perairan selatan Nusa Tenggara Timur, tepatnya 550 kilometer arah timur Kota Kupang. Tekanan angin 75 km per jam. Semua pelayaran di perairan selatan NTT ditutup selama 1-2 hari ke depan. Masyarakat di pesisir selatan NTT diingatkan tidak boleh melaut dan tetap waspada menghadapi angin badai tersebut.
Prakirawan meteorologi El Tari Kupang, Sulton Kharisma, dalam siaran pers di Kupang, Jumat (10/5/2019), mengatakan, 10 Mei pukul 09.40 Wita, siklon tropis Lili bergerak dari perairan Laut Banda menuju perairan selatan NTT. Lokasi siklon tropis Lili pada waktu tersebut berada di 9,4 Lintang Selatan, 128,68 Bujur Timur, atau sekitar 550 km arah timur Kota Kupang.
”Siklon ini diperkirakan 1-2 hari lagi memasuki wilayah NTT. Patut diwaspadai pelayaran di Laut Timor, Rote, Sabu, dan perairan Sumba. Selain berdampak pada gelombang laut dengan ketinggian 4-7 meter, juga terjadi angin kencang di sebagian wilayah daratan NTT,” tutur Sulton.
Tekanan pusat siklon 999 mb dengan kecepatan angin maksimum di pusat siklon 40 knot atau 75 km per jam. Siklon ini diperkirakan bergerak ke arah barat laut, dengan kecepatan pergerakan 3-4 knot per jam menuju wilayah NTT. Siklon ini diperkirakan melemah 24-48 jam ke depan.
Siklon ini diperkirakan 1-2 hari lagi memasuki wilayah NTT. Patut diwaspadai pelayaran di Laut Timor, Rote, Sabu, dan perairan Sumba. Selain berdampak pada gelombang laut dengan ketinggian 4-7 meter, juga terjadi angin kencang di sebagian wilayah daratan NTT.
Tidak melaut
Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas V Sabu Raijua Desmon Meno mengatakan sudah menerbitkan surat edaran kepada semua operator pelayaran di Sabu Raijua untuk tidak melaut selama cuaca masih buruk.
Feri dari Kupang ke Sabu atau sebaliknya sejak Kamis, 9 Mei, tidak berlayar. Demikian pula pelayaran rakyat dan kapal nelayan.
Hanya kapal milik PT Pelni dengan bobot di atas 2.000 gros ton yang melayari perairan itu. Namun, dalam waktu dekat, kapal itu tidak singgah di Dermaga Seba di Sabu Raijua. Sesuai jadwal, kapal milik PT Pelni singgah dua pekan lagi di Sabu.
Charles Yulius dari ASDP Kupang mengatakan, seluruh pelayaran feri ke wilayah selatan NTT, seperti Sabu Raijua, Rote Ndao, Alor, dan Waingapu, dihentikan sementara, sampai ada informasi dari kantor kesyahbandaran untuk berlayar. Namun, pelayaran feri ke wilayah Flores tetap beroperasi karena gelombang laut berkisar 1-2,5 meter.
Ia mengatakan, sistem buka-tutup transportasi laut di perairan NTT sering terjadi terutama perairan selatan NTT. Dalam satu tahun, penutupan pelayaran 10-15 kali, dengan rute berbeda-beda. Kerugian akibat pembatalan operasi sekitar Rp 10 miliar per tahun.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan NTT Izak Nuka mengatakan, badai siklon seperti ini tidak asing bagi NTT. Masyarakat sudah terbiasa mengantisipasi angin badai. Pada 9 April 2019 juga terjadi siklon tropis serupa di Kota Kupang. Ratusan rumah warga rusak diterjang badai saat itu, tetapi wilayah perairan aman.
”Pemprov sudah mengeluarkan imbauan kepada bupati dan wali kota agar warga yang berdiam di pesisir selalu waspada terhadap gelombang laut dan angin kencang. Saat terjadi hujan disertai angin ribut, warga diingatkan agar selalu waspada. Bila perlu, tidak berada di dalam rumah,” tutur Nuka.