Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap seorang lelaki berusia di atas 30 tahun, terduga teroris, Selasa (14/5/2019) pagi di Pasar Sayur, Jalan Anggrek, Bangunsari, Caruban, Madiun, Jawa Timur.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
MADIUN, KOMPAS — Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap seorang lelaki berusia di atas 30 tahun, Selasa (14/5/2019) pagi di Pasar Sayur, Jalan Anggrek, Bangunsari, Caruban, Madiun, Jawa Timur.
Lelaki dimaksud merupakan pedagang kacamata dan dikenal dengan nama panggilan Jokobluk. Ia ditangkap di kios kacamata oleh tim petugas bersenjata. Menurut keterangan saksi mata—pemilik bengkel servis sepeda motor di samping kios kacamata—Jokobluk tidak melawan saat ditodong dan ditangkap oleh tim petugas.
Di kalangan pedagang Pasar Sayur, penangkapan terhadap Jokobluk cukup mengejutkan. Ini karena lelaki itu dalam keseharian tak tampak berkarakter anggota organisasi terorisme.
”Dia hidup bersama anak dan istrinya dengan kontrak rumah berpindah di Caruban. Ia gemar memancing dan nongkrong di bengkel sepeda motor milik Pak Ngah. Saya tidak kenal pribadi, tetapi sering ketemu nongkrong di bengkel,” tutur Kurniawan, pelanggan bengkel servis sepeda motor Pak Ngah.
Pak Ngah menjelaskan, ketika proses penangkapan, dirinya sedang membuka bengkel servis sepeda motor sekitar pukul 06.00 WIB. Pasar Sayur memang sudah ramai pada saat itu, sementara Jokobluk sudah datang dan berada di kiosnya, tetapi belum membuka untuk layanan jual beli kios kacamata.
Tiba-tiba datang mobil Toyota Avanza dan berhenti di depan kios kacamata itu dengan posisi melintang jalan dan menutup akses keluar masuk kios tersebut. Beberapa orang bersenjata keluar dari mobil, merangsek ke kios, lalu terlihat menodongkan senjata ke tengkuk Jokobluk dan menggiring lelaki itu ke mobil dan lantas pergi.
Dia hidup bersama anak dan istrinya dengan kontrak rumah berpindah di Caruban. Ia gemar memancing dan nongkrong di bengkel sepeda motor milik Pak Ngah.
Menurut Pak Ngah, Jokobluk baru dikenalnya setahun terakhir. Lelaki itu terkesan pendiam dan penampilannya biasa tanpa memelihara jenggot dan kumis. Jokobluk diketahui tak rajin beribadah, apalagi menghadiri sejumlah pengajian.
”Dia gemar memancing di atas jembatan atau bantaran sungai atau Waduk Notopuro pada malam hari,” kata Pak Ngah.
Jokobluk hampir selalu mengenakan sepatu ”bluk”, alas kaki dari karet yang dalam bahasa setempat disebut ubluk. Dari sana sang terduga teroris itu dipanggil ”Jokobluk”.
Peristiwa penangkapan Jokobluk sangat cepat. Mungkin hanya 5-10 menit, lalu mobil Avanza segera pergi. Setelah Jokobluk dibawa pergi, Pak Ngah didatangi petugas Kepolisian Sektor Caruban yang memintanya membuka bengkel servis seperti biasa.
Sering memancing
Kurniawan mengatakan sering melihat Jokobluk memancing di Waduk Notopuro, Caruban. Ia mengaku tidak mengenalnya secara pribadi. Namun, ia sering bertemu dengannya di tempat pemancingan, karena itu dirinya mengenali Jokobluk. ”Oh, ini yang jual kacamata,” ujarnya.
Namun, Kurniawan menyebutkan, dari dulu dirinya merasa aneh jika menyerviskan sepeda motornya di bengkel Pak Ngah dan bertemu Jokobluk. ”Sebab, saya lihat kacamatanya sangat sedikit. Hanya semeja etalase kecil panjang 1 meter,” lanjutnya.
Pembeli kacamatanya jarang karena Jokobluk berjualan kacamata di Pasar Sayur. ”Dari dulu saya merasa aneh sebab kegiatannya lebih banyak duduk ikut ngobrol dengan pengunjung bengkel,” ujarnya lagi.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Frans Barung Mangera, yang dikonfirmasi terpisah, mengatakan, terduga teroris yang ditangkap itu diyakini terlibat dalam jaringan Jamaah Ansharut Daulah.
Kelompok ini mendapat atensi karena diyakini akan membuat kekacauan saat jadwal pengumuman hasil Pemilihan Umum 2019 pada minggu ketiga bulan Mei ini dengan peledakan bom. ”Terduga teroris masih kami interogasi,” kata Frans Barung.