Pengambilan sampel darah dan pemeriksaan menyeluruh pada warga Dusun Garonggong Desa Tuju, Jeneponto, dilakukan untuk mencari satu bukti kuat yang dominan sebagai penyebab serangan penyakit di wilayah ini. Pemeriksaan sampel darah yang dilakukan sebelumnya memunculkan beberapa varian penyakit yang muncul bersamaan dengan gejala hampir sama.
Oleh
RENY SRI AYU
·3 menit baca
JENEPONTO, KOMPAS — Pengambilan sampel darah dan pemeriksaan menyeluruh pada warga Dusun Garonggong, Desa Tuju, Jeneponto, Sulawesi Selatan, dilakukan untuk mencari satu bukti kuat yang dominan sebagai penyebab serangan penyakit di wilayah ini. Pemeriksaan sampel darah yang dilakukan sebelumnya memunculkan beberapa varian penyakit yang muncul bersamaan dengan gejala hampir sama.
Pemeriksaan kesehatan dan pengambilan darah dilakukan tim gabungan dinas kesehatan bersama beberapa instansi lain, di antaranya Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar, dan Balai Besar Veteriner. Pemeriksaan dilakukan di lapangan Dusun Garonggong, Selasa (14/5/2019).
Sebanyak 216 warga mengikuti seluruh rangkaian pemeriksaan dan pendataan, termasuk penggalian informasi tentang riwayat penyakit. Pemeriksaan menyeluruh dilakukan mulai dari anak-anak hingga orang tua tanpa kecuali. Pengambilan darah tak hanya dilakukan pada warga, tetapi juga sebagian besar ternak. Di sela-sela pemeriksaan, petugas juga melakukan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan.
”Kami bersyukur ada hal seperti ini. Setidaknya kami merasa ada upaya lebih serius untuk mencari tahu apa penyebab penyakit yang menyerang warga. Walau warga sudah sembuh dan sekarang tak ada lagi yang dirawat, kami tetap berharap ada titik terang tentang penyakit ini,” kata Agus Salim (51), peternak ayam yang baru keluar dari rumah sakit, Jumat (10/5/2019) lalu.
Hal sama dikatakan Maryam Daeng Ratu (36) yang anaknya, Hadijah (6), ikut terserang penyakit. Anaknya menjalani perawatan mulai dari RSUD Takalar hingga rumah sakit swasta di Makassar.
Kami bersyukur ada hal seperti ini. Setidaknya kami merasa ada upaya lebih serius untuk mencari tahu apa penyebab penyakit yang menyerang warga. Walau warga sudah sembuh dan sekarang tak ada lagi yang dirawat, kami tetap berharap ada titik terang tentang penyakit ini.
”Semoga apa yang dilakukan hari ini bisa berarti bagi warga. Anak saya sembuh, tetapi saya tetap bingung karena tidak mendapat kejelasan tentang penyakitnya,” katanya.
Mencari bukti dominan
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan Nurul AR mengatakan, hingga kini belum ada bukti kuat yang dominan yang bisa jadi kesimpulan tentang penyakit yang menyerang warga.
”Yang dilakukan sekarang untuk memastikan kembali yang kami duga sementara ini benar atau tidak,” ujarnya.
”Dugaan sementara, demam ada karena tipoid dan leptospirosis. Kemungkinan lain DBD karena pemeriksaan klinis mengarah ke sana. Ada juga penyakit yang menyerupai DBD dan hal lain yang disebabkan nyamuk dan tikus. Semua kami kumpulkan untuk menyimpulkan apa faktor risiko terbesar yang menimbulkan penyakit,” katanya.
Menurut Nurul, pengambilan sampel darah dilakukan pada semua warga karena dalam pemeriksaan sampel sebelumnya ada banyak varian penyakit yang muncul secara bersamaan. Tim kini mencari varian penyakit yang lebih kuat yang bisa menjadi satu kesimpulan untuk menyatakan serangan ini sebagai kejadian luar biasa atau tidak.
Semoga tak ada hal baru atau mutasi atau hal lain yang sebelumnya tidak sempat disisir. Dengan pemeriksaan menyeluruh ini, kami memperlebar dan memperbanyak sampel untuk melihat apa yang dominan. Ada beberapa penyakit, tetapi untuk mengatakan sebagai KLB, kami harus berhati-hati.
”Semoga tak ada hal baru atau mutasi atau hal lain yang sebelumnya tidak sempat disisir. Dengan pemeriksaan menyeluruh ini, kami memperlebar dan memperbanyak sampel untuk melihat apa yang dominan. Ada beberapa penyakit, tetapi untuk mengatakan sebagai KLB, kami harus berhati-hati,” katanya.
Sejak merebak pada akhir Maret, Puskesmas Buludoang mencatat ada 95 warga yang terserang. Data ini belum semua karena sebagian warga yang terserang di akhir Maret tak melapor. Mereka menganggap itu penyakit panas biasa. Hal ini baru mendapat perhatian setelah pada pertengahan April puluhan warga terserang penyakit serupa.
Kesehatan lingkungan dan zoonosis adalah salah satu dugaan mengingat di Dusun Garonggong sebagian besar warga beternak. Ternak seperti kerbau, sapi, ayam, dan itik umumnya dikandangkan dekat dengan rumah. Bahkan, kubangan kerbau juga berada di halaman rumah.