Penanganan Rob di Kabupaten Pekalongan Diperlukan Segera
Banjir air laut atau rob sudah menjadi ‘tamu’ yang rutin mendatangi permukiman warga di beberapa kelurahan di Kabupaten Pekalongan, Jateng. Sedikit banyak, rob sudah mengubah tatanan kehidupan masyarakat setempat. Penanganan terhadap rob perlu segera dilakukan.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
KAJEN, KOMPAS – Banjir air laut atau rob sudah menjadi ‘tamu’ yang rutin mendatangi permukiman warga di beberapa kelurahan di Kabupaten Pekalongan, Jateng. Sedikit banyak, rob sudah mengubah tatanan kehidupan masyarakat setempat. Penanganan terhadap rob perlu segera dilakukan.
Selama sepekan terakhir rob kembali melanda permukiman warga di pesisir utara Kabupaten Pekalongan. Ketinggian air rob beragam, mulai dari setinggi 10- 30 sentimeter atau setinggi mata kaki hingga setinggi betis orang dewasa. Air rob biasanya datang pada pukul 15.00 dan baru surut sekitar pukul 23.00. Jika sedang hujan, waktu surut rob akan lebih lama atau bahkan tidak akan surut sama sekali.
Rudi (52), salah satu warga Kelurahan Jeruksari, Kecamatan Tirto mengaku sudah akrab dengan rob sejak 10 tahun belakangan. Sepatu bot seperti tak pernah lepas dari kaki Rudi dan warga lain di daerah tersebut. Tanpa sepatu bot, warga tak bisa berjalan di tengah genangan rob dengan nyaman.
Rob yang menggenang tak hanya menghambat ruang gerak warga, tetapi juga merusak kontruksi bangunan rumah dan jalan di sekitar permukiman. Akibatnya jalan berlubang banyak dijumpai di daerah ini.
Bukan tanpa usaha, jalan di depan rumah Rudi sudah beberapa kali diperbaiki. Mulai dari ditambal hingga ditinggikan agar nyaman untuk dilalui. Untuk mencegah air masuk ke dalam rumah, warga setempat melakukan sejumlah perbaikan.
“Perbaikan yang dilakukan dengan meninggikan jalan di depan rumah, menguruk jalan dengan batu-batu kecil, sampai membuat saluran air. Apapun dilakukan, supaya air rob tidak masuk ke rumah-rumah,” kata Rudi saat ditemui, Sabtu (18/5/2019).
Berdasarkan pengamatan, di Jeruksari banyak rumah dan perkantoran yang tergenang rob ditinggal penghuninya. Menurut Rudi, kebanyakan penghuni rumah yang pergi dari Jeruksari tidak tahan hidup di lingkungan yang sering terendam air rob.
Sebagian air rob juga menggenangi sawah dan ladang pertanian. Hal itu juga membuat beberapa masyarakat yang bertahan di daerah itu harus beralih mata pencaharian.
Perbaikan yang dilakukan dengan meninggikan jalan di depan rumah, menguruk jalan dengan batu-batu kecil, sampai membuat saluran air. Apapun dilakukan, supaya air rob tidak masuk ke rumah-rumah
Purwanto (49), salah satu warga yang mengubah mata percahariannya. Sebelumnya Purwanto adalah buruh tani yang bekerja menggarap sawah milik orang lain. Sejak tahun 2015, pemilik sawah mengubah lahan pertanian mereka menjadi tambak udang karena terus merugi akibat gagal panen.
“Mau tidak mau saya juga beralih dari buruh tani padi menjadi buruh di tambak udang. Pendapatan menjadi turun sekitar Rp 200.000 per bulan. Ya, tidak masalah, yang penting masih ada pemasukan,” kata Purwanto.
Menurut Purwanto, penghasilannya sebagai buruh tani Rp 700.000 per bulan. Adapun sebagai buruh di tambak udang penghasilannya sekitar Rp 500.000 per bulan. Dia berharap, pembuatan tanggul penahan rob bisa segera diselesaikan. Sehingga, dia dan warga lain bisa beraktivitas dengan nyaman.
Solusi
Untuk mengatasi banjir dan rob di wilayah Kabupaten dan Kota Pekalongan, Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juwana membangun tanggul dan long storage dengan total panjang 7,26 kilometer. Proyek senilai 465,97 miliar tersebut ditargetkan selesai pada akhir tahun ini.
Dihubungi secara terpisah, Sabtu malam Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana Ruhban Ruzziyatno menjelaskan, pembangunan tanggul dan long storage tersebut dibagi menjadi tiga paket. Progres pembangunan dari tiga paket tersebut beragam.
“Proyek paket I terdiri dari pembangunan tanggul dan long storage sepanjang 2,85 kilometer dan lebar 30 meter, normalisasi dan pemasangan parapet Sungai Mrican, serta pembangunan rumah pompa Mrican dan rumah pompa Silempeng . Sampai dengan saat ini, progresnya 54,52 persen,” ucap Ruhban.
Adapun progres fisik paket II adalah 42,10 persen. Proyek pada Paket II berupa pengerjaan tanggul dan long storage sepanjang 2,1 kilometer dan lebar 30 meter, normalisasi dan pemasangan parapet Sungai Bremi dan Meduri sepanjang 4,46 kilometer serta pembangunan rumah pompa Sengkareng.
Sementara itu, Paket III yang terdiri pembangunan tanggul dan long storage sepanjang 2,31 kilometer dan lebar 10 meter serta pembangunan rumah pompa sudah mencapai progres pembangunan fisik sebesar 81,58 persen.
Dalam kunjungannya ke Desa Pecakaran, Kecamatan Wonokerto, beberapa hari lalu, Bupati Pekalongan Asip Kholbihi mengatakan, pemerintah kabupaten sudah memiliki pemetaan terkait solusi mengatasi rob. Bahkan, Pemerintah Kabupaten Pekalongan berencana mengusulkan ada proyek paket IV untuk mengatasi rob di Desa Pecakaran, Desa Pesanggrahan, dan Desa Bener yang belum masuk dalam tiga paket yang saat ini tengah dikerjakan.
“Nanti Paket VI akan kami usulkan. Kami juga siap berbagi pendanaan supaya proyeknya terinegrasi. Targetnya nanti seluruh wilayah yang tergenang rob bisa teratasi,” ucap Asip.