Bulan Ramadhan Berkontribusi terhadap Dinamika Perekonomian NTB
Bulan Ramadhan ikut berkontribusi terhadap tingginya optimisme konsumen dan dinamika perekonomiam di Nusa Tenggara Barat. Ini terlihat dari cenderung meningkatnya belanja masyarakat saat bulan puasa, sekaligus mendorong bertambahnya lapangan pekerjaan di sektor informal.
Oleh
KHAERUL ANWAR/ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Bulan Ramadhan ikut berkontribusi terhadap tingginya optimisme konsumen dan dinamika perekonomian di Nusa Tenggara Barat. Hal ini terlihat dari cenderung meningkatnya belanja masyarakat saat bulan puasa, sekaligus mendorong bertambahnya lapangan pekerjaan di sektor informal.
Sumarni (35), penjual es kelapa muda di Lombok Tengah, mengatakan, bulan Ramadhan membawa dampak positif baginya. Menurut dia, sejak minggu pertama Mei atau awal puasa, omzet penjualan es kelapa mudanya meningkat dibandingkan pada hari biasa.
”Pada hari biasa, pendapatan kotor saya Rp 700.000-Rp 1 juta per hari. Namun, selama Ramadhan ini bisa sampai Rp 2 juta per hari,” kata Sumarni, Kamis (23/5/2019).
Sumarni mengatakan, peningkatan omzet yang dia peroleh karena peminat es kelapa muda yang tinggi, terutama untuk berbuka puasa. ”Waktu shalat Maghrib, dagangan saya biasanya sudah habis. Padahal, kalau hari biasa, baru habis jam sebelas malam,” kata Sumarni.
Tidak hanya kuliner, pengusaha penjualan busana muslimah, seperti jilbab, scraf, dan gamis, juga menyampaikan hal serupa.
Wardah Jamal (45), pemilik Rumah Jilbab Wardah Scraft di kawasan Gomong, Selaparang, Kota Mataram, mengatakan, omzet harian selama Ramadhan naik hingga 50 persen dibandingkan pada hari biasa. Kenaikan itu ditopang penjualan jilbab dan gamis yang mendominasi mata dagang busana muslim.
”Memang tidak sebanyak tahun lalu. Namun, konsumen tetap ada peningkatan dibandingkan pada hari biasa. Minggu awal Ramadhan, belum banyak konsumen yang berbelanja ke tempat kain. Namun, menjelang Lebaran, setelah para pekerja dan karyawan perusahaan swasta serta pegawai negeri sipil menerima tunjangan hari raya, baru ramai berbelanja,” tutur Wardah.
Pengakuan Sumarni dan Wardah menunjukkan optimisme konsumen tetap terjaga di NTB. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB Achris Sarwani mengatakan, kondisi itu ditopang persepsi dan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini serta ekspektasi mereka terhadap kondisi ekonomi ke depan.
Survei Konsumen Bank Indonesia pada Mei 2019 mengindikasikan optimisme konsumen tetap tinggi. Hal ini tecermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei 2019 sebesar 119,75 atau berada di level optimis (di atas 100).
”Begitu juga dengan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) masih di atas 100, yaitu masing-masing sebesar 113,83 dan 125,67,” kata Achris.
Menurut Achris, optimisme konsumen yang masih kuat pada Mei 2019 ditopang persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini yang membaik dengan nilai IKE 113,83. Angka itu lebih tinggi dibandingkan pada bulan sebelumnya sebesar 107,33. Membaiknya ekonomi terutama didorong oleh indeks ketersediaan lapangan kerja yang meningkat dari 85,50 menjadi 102,50.
”Hal tersebut sejalan dengan tingkat belanja masyarakat yang meningkat saat memasuki bulan Ramadhan sehingga mendorong bertambahnya lapangan pekerjaan, terutama pada sektor perdagangan informal. Selain itu, masih adanya sisa periode panen padi sejak April 2019 turut mendorong meningkatnya ketersediaan lapangan kerja,” tutur Achris.
Sejalan dengan itu, menurut Achris, ekspektasi konsumen terhadap ekonomi ke depan masih optimis dengan nilai IEK sebesar 125,67. Ekspektasi konsumen ke depan didorong adanya tunjangan hari raya dan gaji ke-13 pegawai negeri sipil yang akan disalurkan pada bulan Mei-Juni 2019.
”Hal ini akan mendorong peningkatan pendapatan masyarakat. Juga dimulainya periode musim tinggi pariwisata triwulan ketiga 2019 diindikasikan sebagai salah satu faktor pendorong optimisme konsumen, khususnya bagi pekerja di sektor jasa,” ujar Achris.