SIDOARJO, KOMPAS— Perum Bulog memerlukan penyaluran beras dengan segera. Hal ini mendesak dilakukan karena stok beras saat ini melimpah dan penyerapan dari petani terus berjalan untuk menjaga stabilitas harga gabah.
Stok beras itu telah berada di gudang selama setahun. Dengan demikian terancam mengalami penurunan kualitas sehingga tidak layak konsumsi.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi di Gudang Bulog Subdivre Surabaya Utara di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, mengatakan, stok beras saat ini mencapai 2,2 juta ton. Jumlah stok itu 1,2 juta ton merupakan beras impor dan 1 juta ton beras produksi dalam negeri.
Stok terus bertambah karena penyerapan beras hasil panen petani secara nasional 10.000-15.000 ton per hari dan di Jatim 3.000 ton per hari. Bulog tetap menyerap gabah petani kendati stok beras melimpah. Hal itu sebagai upaya menjaga stabilitas harga gabah saat panen raya agar tidak jatuh.
Kepala Divre Jatim Perum Bulog Muhammad Hasyim mengatakan, stok beras yang tersimpan sudah satu tahun sehingga memiliki konsekuensi biaya perawatan yang tinggi.
Biaya itu untuk menjaga kualitas beras dan mencegah serangan hama atau hewan pengganggu. ”Semakin lama beras disimpan di gudang, akan memengaruhi kualitas. Kami harus memusnahkan beras yang kualitasnya buruk karena tidak layak konsumsi,” ujar Hasyim.
Sementara itu, Kepala Perum Bulog Divisi Regional Kalimantan Selatan Akhmad Kholisun di Banjarmasin, Kamis, menjamin ketersediaan dan kestabilan harga pangan untuk kebutuhan masyarakat selama bulan puasa dan Lebaran. Masyarakat diminta tetap bijak dalam berbelanja dan tidak perlu khawatir kehabisan stok.
Setidaknya ada lima komoditas pangan yang disediakan Perum Bulog Divisi Regional Kalsel, yaitu beras, gula, minyak goreng, tepung terigu, dan daging beku, dengan harga di bawah harga jual pasaran.
Sementara dalam diskusi ”Bandung Menjawab”, Kamis, Kepala Bidang Keamanan Pangan Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung Ermariah mengatakan, bahan pokok yang menjadi perhatian jelang Lebaran karena kerap mengalami kenaikan adalah telur, ayam, dan daging sapi. Permintaan yang melonjak ini memicu kenaikan harga.
Kebutuhan daging di Bandung jelang Lebaran bisa mencapai lebih dari 600 sapi hidup per hari. Padahal, biasanya hanya sekitar 60 sapi hidup per hari. ”Saat ini harga daging di pasaran masih normal, berkisar Rp 110.000-Rp 120.000 per kilogram. Untuk menahan kenaikan harga, kami akan mendatangkan daging sapi impor sehingga stok masih tersedia,” ucapnya.
Dari Medan, Sumatera Utara, Komisi Pengawas Persaingan Usaha Wilayah I Medan memantau secara khusus harga bahan pokok untuk menghindari kartel atau monopoli. Komoditas yang dipantau adalah daging ayam, daging sapi, bawang merah, cabai merah, gula pasir, dan beras. Penegakan hukum akan dilakukan jika terbukti ada persaingan usaha tidak sehat. (NIK/JUM/RTG/NSA)