Kecewa dengan sikap dan narasi dialog dari pesan di grup Whatsapp anggota Partai Gerindra Bali, Nyoman Suwirta, anggota yang juga Bupati Klungkung, memilih mengundurkan diri sebagai anggota partai. Suwirta tak ingin menjadi bulan-bulanan internal partai secara berkepanjangan mengenai tudingan dirinya lebih berpihak kepada partai lain dan tidak lagi membesarkan kepentingan partainya
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·3 menit baca
KLUNGKUNG, KOMPAS — Kecewa dengan sikap dan narasi dialog dari pesan di grup Whatsapp di antara anggota Partai Gerindra Bali, Nyoman Suwirta, anggota yang juga Bupati Klungkung, memilih mengundurkan diri sebagai anggota partai. Suwirta tak ingin menjadi bulan-bulanan internal partai secara berkepanjangan mengenai tudingan dirinya lebih berpihak kepada partai lain dan tidak lagi membesarkan kepentingan partainya.
Karena itu, keputusan mundur menjadi pilihan terbaik. Bupati yang tengah menjalani periode kedua (2018-2023) menyatakan ingin fokus saja membangun Klungkung dan menjalankan amanah sebagai kepala daerah. Surat pengunduran tersebut ditandatangani pada Kamis (23/5/2019) dan dikirimkan ke kantor DPC Partai Gerindra Klungkung.
”Ya, surat penguduran diri sudah saya tanda tangani hari ini dan langsung kirim ke kantor DPC Gerindra Klungkung. Saya sudah tidak dibutuhkan lagi di partai,” kata Suwirta.
Ketika ditanya apakah akan hijrah ke partai yang lebih besar, Suwirta menjawab belum memikirkan apakah akan kembali aktif di kepartaian lainnya ketika ada tawaran ataupun tidak. ”Saya ingin fokus dulu menjalani sebagai bupati,” ujarnya.
Bahkan ia pun tidak khawatir jika ada halangan dalam memimpin Klungkung seusai pengunduran dirinya tersebut. Ia berpendapat semestinya tidak ada masalah lagi karena jabatan bupati itu sudah menjadi jabatan yang tidak lagi kepartaian dan bekerja untuk kepentingan masyarakat.
Saya ingin fokus dulu menjalani sebagai bupati.
Mengenai dialog di grup Whatsapp tersebut, Suwirta tak paham mengapa kemudian dirinya dituding macam-macam dan dianggap tidak setia. Lalu, beberapa hari lalu ia dikeluarkan dari grup Whatsapp.
”Saya dianggap tidak lagi membesarkan partai. Saya tidak paham ini. Kursi DPRD Klungkung, semenjak periode saya mendapatkan delapan kursi dari dua kursi sebelumnya, termasuk pemilu kemarin pun mendapatkan delapan kursi,” katanya.
Membenarkan
Ketua Bidang OKK DPC Gerindra Klungkung I Ketut Juliarta membenarkan adanya pengunduran diri Suwirta. ”Saya sendiri yang menerima suratnya dari orang utusannya,” katanya.
Ia tidak kecewa dengan keputusan Suwirta. Ia menjelaskan Gerindra tetap jalan dan memaksimalkan perjuangan.
Mengenai kekecewaan dialog pada grup Whatsapp internal partai, Juliarta menjelaskan kebenaran dialog tersebut. Dirinya pula yang mengeluarkan Suwirta dari grup internal.
”Sekarang justru jelas beliau mundur seperti dugaan-dugaan sebelumnya. Memang beliau ini membela partai lain. Ya, silakan saja. Gerindra tetap bisa berjaya tanpa beliau,” kata Juliarta.
Saya dianggap tidak lagi membesarkan partai. Saya tidak paham ini. Kursi DPRD Klungkung, semenjak periode saya mendapatkan delapan kursi dari dua kursi sebelumnya, termasuk pemilu kemarin pun mendapatkan delapan kursi
Baik Suwirta maupun Juliarta keduanya sama-sama tidak mau lagi membuka jalur dialog. Keduanya menyatakan mundur menjadi pilihan terbaik.
Sementara pengamat sosial politik Universitas Udayana, Ras Amanda Gelgel, tidak heran dengan keputusan itu. Hanya dia tidak menyangka keduanya tak mau lagi membuka pintu dialog.
Menurut Amanda, jabatan bupati memang sebaiknya tak lagi mementingkan partai pengusungnya. Jabatan bupati sudah menjadi milik publik dan bukan lagi memuluskan kepentingan partai.