Pasar hewan diusulkan untuk ditutup sementara waktu di Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Hal itu berkaitan dengan penemuan bakteri antraks dalam peristiwa matinya sejumlah ternak sapi secara mendadak di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
GUNUNG KIDUL, KOMPAS — Pasar hewan diusulkan untuk ditutup sementara waktu di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal itu berkaitan dengan penemuan bakteri antraks dalam peristiwa matinya sejumlah ternak sapi secara mendadak di RT 003 dan RT 005, Dusun Grogol IV, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul.
Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul mendapatkan laporan mengenai matinya lima sapi secara mendadak di dusun itu pada awal Mei. Padahal, kematian sapi terjadi sejak akhir April. Gejala yang dialami sapi sebelum mati berupa demam dan kejang-kejang.
Selain itu, terdapat sapi yang mengalami pembengkakan pada limpanya. Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta meneliti sampel tanah yang sudah bercampur darah dari tempat penyembelihan tersebut dan menemukan adanya bakteri antraks.
Balai tersebut juga telah mengambil 42 sampel tanah lain di Desa Bejiharjo untuk diteliti lebih lanjut tentang penyebaran bakteri tersebut. Sampai saat ini, pemeriksaan sampel itu belum rampung.
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian Syamsul Ma’arif mengatakan, penutupan pasar hewan sementara perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran bakteri tersebut, baik dari luar daerah untuk masuk daerah tersebut maupun sebaliknya.
”Keberadaan pasar hewan membuat hewan dari sejumlah daerah masuk ke sini (Gunung Kidul). Dari situ, pertukaran penyakit itu ada. Maka, disarankan pasar tutup sementara agar penyebaran penyakit itu bisa diatasi,” tutur Ma’arif, saat memberikan penyuluhan tentang antraks, di Dusun Grogol IV, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, Sabtu (25/5/2019).
Keberadaan pasar hewan membuat hewan dari sejumlah daerah masuk ke sini (Gunung Kidul). Dari situ, pertukaran penyakit itu ada. Maka, disarankan pasar tutup sementara agar penyebaran penyakit itu bisa diatasi.
Ma’arif mengatakan, penutupan tersebut hendaknya dilakukan sampai semua ternak di lokasi tempat penemuan bakteri antraks itu divaksinasi. Hal itu bertujuan agar ternak dari daerah tersebut kebal dari serangan bakteri tersebut.
Sebelumnya, Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta menduga bakteri antraks yang terdapat di Kabupaten Gunung Kidul berasal dari luar daerah tersebut. Kasus antraks belum pernah terjadi di sana. Dugaannya, bakteri antraks itu dibawa lewat aktivitas perpindahan ternak antardaerah (Kompas, 25/5/2019).
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul Bambang Wisnu Broto mengatakan, saran penutupan pasar hewan itu belum bisa diputuskannya. Ia masih harus menyampaikan saran tersebut kepada bupati sebelum penutupan pasar itu dilakukan.
”Kami memang belum bisa menutup. Pertimbangannya, kan, macam-macam. Tidak hanya sapi dan kambing yang dijual. Kami harus lapor kepada bupati terlebih dahulu,” tutur Bambang.
Mengawasi perpindahan
Bambang menyampaikan, hal yang sudah dilakukannya adalah berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Kabupaten Gunung Kidul untuk ikut mengawasi perpindahan ternak antardaerah. Aktivitas perpindahan ternak dari satu pasar ke pasar lain juga turut diperketat.
Kami memang belum bisa menutup. Pertimbangannya, kan, macam-macam. Tidak hanya sapi dan kambing yang dijual. Kami harus lapor kepada bupati terlebih dahulu.
Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga mengimbau agar tidak boleh ada ternak yang masuk ataupun keluar di dusun tersebut guna melokalisasi bakteri tersebut.
Pemberian disinfektan dengan cara menyiramkan formalin ke tempat penyembelihan sapi yang terkena antraks juga dilakukan untuk mematikan bakteri itu.
Apabila terjadi kembali kematian sapi secara mendadak, masyarakat diimbau untuk tidak menyembelihnya dan menguburnya di tanah sedalam 1-2 meter. Dengan cara itu, bakteri antraks akan terbunuh oleh bakteri pembusuk dalam jasad sapi tersebut.
Semua ternak yang berpotensi diserang bakteri antraks juga akan divaksinasi secara gratis. Namun, ternak itu akan disuntik dengan antibiotik terlebih dahulu. Hingga Jumat, 24 Mei, sebanyak 176 sapi, 485 kambing, dan 9 domba diberikan suntikan itu. Penyuntikan akan terus berlanjut hingga menjangkau seluruh ternak yang ada di Dusun Grogol IV. Dua pekan setelah penyuntikan antibiotik, baru vaksinasi dilakukan.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta Irene mengatakan, pihaknya akan menjalin koordinasi dengan puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul dan DIY untuk mencegah penularan antraks kepada manusia.
Ia berharap, masyarakat yang merasakan gejala antraks segera memeriksakan diri ke puskesmas terdekat agar bisa diatasi sedini mungkin.
”Jika ditemukan yang tertular bakteri itu lebih cepat, akan lebih mudah ditangani. Harapan kami, agar tidak terjadi penularan kepada manusia,” ucap Irene.