Pengiriman 500 Liter Ciu dari Solo ke Semarang Digagalkan
Aparat Kepolisian Sektor Laweyan, Solo, Jawa Tengah, menggagalkan pengiriman 500 liter minuman keras lokal jenis ciu, Senin (27/5/2019) dini hari. Minuman keras itu rencananya akan dikirimkan ke Semarang.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·2 menit baca
SOLO, KOMPAS – Aparat Kepolisian Sektor Laweyan, Solo, Jawa Tengah, menggagalkan pengiriman 500 liter minuman keras lokal jenis ciu, Senin (27/5/2019) dini hari. Minuman keras itu rencananya akan dikirimkan ke Semarang.
"Ciu yang hendak diantar dari Solo ke Semarang menggunakan mobil Isuzu Panther AD 8684 GK itu terjaring operasi Kegiatan Kepolisian Yang Ditingkatkan sekitar pukul 02.15," kata Kepala Kepolisian Sektor Laweyan Komisaris Ari Sumarwono, Senin.
Menurut Ari, ciu itu dikemas dalam 20 jeriken. Ciu itu diproduksi di Bekonang, Kabupaten Sukoharjo, Jateng, dan hendak diantar ke kawasan Peterongan, Kota Semarang. Dua pelakunya, S (59) dan SN (58) akan dijerat dengan pasal tindak pidana ringan dengan ancaman hukuman 6 bulan penjara.
Kasijanto Sastrodinomo, pengajar pada Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia dalam tulisan berjudul "Mabuk-Mabukan dalam Sejarah", Bekonang, dikenal sebagai produsen arak gelap antara tahun 1920-1925 (Kompas, 18 Maret 2006). Dalam perjalanananya, produksi ciu tidak hanya menjadi pekerjaan sebagian warga, tapi juga memicu pertikaian hingga kematian.
Beragam cara telah dilakukan untuk meminimalkan praktek itu. Pemerintah Kabupaten Sukoharjo pernah membuat terobosan dengan memodifikasi ciu menjadi pupuk cair. Namun, hal itu tampaknya tak mengurangi minat sebagian orang terus memproduksi ciu sebagai minuman keras.
SN mengatakan, berniat mengirimkan minuman keras itu ke Semarang karena mendapatkan permintaan dari pelanggan sebanyak 15 jeriken. Pihaknya memberikan bonus sebanyak 5 jeriken karena selama ini sudah menjalin hubungan baik.
“Saya biasanya mengirim (ciu) dua bulan sekali,” katanya.
SN mengaku memproduksi dan menjual sendiri minuman keras tersebut. Setiap liter ciu dijualnya seharga Rp 6.000. Kegiatan ini sudah dijalaninya rutin lebih kurang satu tahun terakhir.
“Saya tidak tahu itu mau dipakai untuk apa. Pokoknya ada permintaan, ya saya kirim saja,” ujarnya.