Lebaran di Indonesia identik dengan mudik. Publik memaknai mudik sebagai ajang silaturahmi dengan orangtua dan kerabat di kampung halaman. Perjalanan jauh ditempuh demi melepas rindu untuk berkumpul bersama sanak saudara setelah lama tidak berjumpa.
Hasil jajak pendapat Kompas menunjukkan, 66,7 persen responden pernah mudik Lebaran, bahkan 4 dari 10 responden mudik Lebaran setiap tahun. Sebanyak 26,9 persen responden pernah mudik, tetapi tidak setiap tahun. Diperkirakan ada 22,8 juta pemudik yang akan bergerak ke sejumlah daerah pada mudik Lebaran 2019 ini.
Kenaikan jumlah pemudik terjadi setiap tahun. Pada 2019, jumlah pemudik diprediksi naik 4,1 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Tersambungnya Tol Trans-Jawa mulai dari Merak, Banten, hingga Probolinggo, Jawa Timur, diyakini meningkatkan antusiasme masyarakat. Tahun lalu, jumlah pemudik 19,5 juta orang, naik sekitar 5,06 persen dibandingkan dengan tahun 2017.
Terekam dalam jajak pendapat, mayoritas responden menyatakan tujuan utama mudik adalah bersilaturahmi dengan orangtua dan kerabat. Sebagian lagi menganggap mudik sekadar tradisi.
Meski jumlahnya sedikit, sebanyak 6,2 persen responden menyatakan tujuan utama mereka mudik adalah mengisi waktu libur. Masa libur Lebaran yang cukup panjang bisa dimanfaatkan untuk liburan bersama keluarga ataupun teman.
Jika ditelisik lebih jauh, lebih dari tiga perempat responden yang tidak merayakan Lebaran juga memanfaatkan libur Lebaran sebagai ajang silaturahmi dengan orangtua dan kerabat di kampung halaman. Sementara 16,3 persen responden nonMuslim melakukan perjalanan mudik untuk liburan.
Moda transportasi
Kondisi geografis Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau ditambah dengan luas perairan 5,9 juta kilometer persegi menjadikan mudik memerlukan moda transportasi yang beragam.
Hasil jajak pendapat menunjukkan, mobil pribadi/sewaan merupakan moda transportasi yang terbanyak digunakan responden (38,9 persen). Berdasarkan kajian Kementerian Perhubungan (Kemenhub), jumlah mobil pribadi yang digunakan mudik tahun ini diperkirakan sebanyak 3,7 juta mobil.
Di urutan kedua adalah bus/travel yang digunakan 17,7 persen responden. Hal ini senada dengan survei Kemenhub bahwa bus ekonomi dan bus eksekutif berada di urutan kedua dan ketiga moda pilihan pemudik dari Jabodetabek. Diperkirakan penumpang bus naik 3,8 persen menjadi 4,6 juta penumpang tahun ini.
Motor pribadi atau sewaan juga dilirik oleh sebagian kecil responden. Sebanyak 15,4 persen responden sering menggunakan moda ini saat mudik. Data Kemenhub menunjukkan, angka pemudik menggunakan motor terus bertambah setiap tahun. Tahun 2018 ada 6,39 juta motor yang digunakan mudik. Tahun ini diperkirakan ada 6,8 juta sepeda motor pemudik.
Terpaut tidak terlalu jauh, kereta api (KA) dipilih oleh 10,4 persen responden. Tahun ini diperkirakan penumpang kereta api di musim mudik sekitar 6,4 juta penumpang atau naik sekitar 3,4 persen.
Kendaraan pribadi, baik mobil maupun motor, menjadi moda yang paling banyak dilirik. Sebanyak 32,6 responden yang menggunakan kendaraan pribadi beralasan, kepraktisan menjadi pertimbangan utama. Hal ini mengingat kendaraan pribadi mereka bisa sekaligus digunakan untuk mobilitas di kampung halaman. Tidak hanya itu, biaya yang lebih hemat juga menjadi alasan mereka mudik dengan kendaraan pribadi.
Ritual mudik memang dinanti untuk menyegarkan kembali energi para perantau. Untuk itu, persiapkan mudik dengan matang agar dapat tiba di kampung halaman dengan aman.
(Ida Ayu Grhamtika Saitya/Litbang ”Kompas”)