Kualitas Panen Membaik, Harga Gabah di Malang Mulai Naik
Jelang berakhirnya musim panen rendeng, harga gabah di tingkat petani di Kabupaten Malang, Jawa Timur, mulai naik. Kualitas panen yang membaik menyebabkan harga gabah dihargai lebih tinggi.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Jelang berakhirnya musim panen rendeng, harga gabah di tingkat petani di Kabupaten Malang, Jawa Timur, mulai naik. Kualitas panen yang membaik menyebabkan harga gabah dihargai lebih tinggi.
Pantauan Kompas, jika sebelum puasa harga gabah kering panen (GKP) mencapai Rp 4.000 per kilogram untuk kualitas bagus dan Rp 3.800 per kg untuk kualitas biasa, kini menjadi Rp 4.400 per kg untuk kualitas bagus dan Rp 4.200 untuk kualitas biasa.
Adapun harga gabah kering giling (GKG) lebih tinggi berkisar Rp 6.500-Rp 6.600 per kg untuk kualitas bagus dan Rp 6.400 per kg untuk kualitas biasa. Padahal, sebelum puasa, harganya masih berkisar Rp 6.000-6.200 per kg tergantung kualitas.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Sunaryo, Kamis (30/5/2019), mengatakan, kualitas gabah yang membaik menjadi penyebab kenaikan harga. ”Memang pasokan mulai berkurang akibat panen hampir berakhir juga berpengaruh. Namun, pengaruhnya hanya sedikit. Yang berpengaruh banyak adalah membaiknya kualitas dampak cuaca,” ujarnya.
Yang berpengaruh banyak adalah membaiknya kualitas dampak cuaca.
Menurut Sunaryo, kondisi cuaca yang didominasi panas menyebabkan waktu pemasakan bulir gabah di sawah semakin optimal. Penjemuran pun lebih maksimal dibandingkan saat intensitas hujan masih tinggi. Hal ini berpengaruh ke tingkat rendemen. Semakin sedikit kandungan air, harga semakin tinggi.
”Bagus rendemennya kalau kemarau. Jadi pengaruhnya di situ. Kalau harga sendiri masih fluktuasi. Meski panen raya, kalau musimnya seperti sekarang, pasti harganya masih bagus,” ucap Sunaryo.
Meski secara umum kualitas hasil panen kali ini lebih baik, Sunaryo menilai, hasil panen petani di beberapa kawasan kurang bagus akibat serangan hama. Ia mencontohkan, sebagian tanaman padi di sekitar daerah Jalan Lingkar Barat terserang tikus, sundep, dan penggerek batang. Akibatnya, produksi padi kurang maksimal.
Meski secara umum kualitas hasil panen kali ini lebih baik, panen petani di beberapa kawasan kurang bagus akibat serangan hama.
Samsudi dan Supriono, dua petani di Desa Ngadilangkung, Kecamatan Kepanjen, mengatakan, bulir gabah pada musim panen tahun ini memang cukup berisi. Namun, tanaman padi mereka tak lepas dari serangan hama, khususnya tikus. Upaya pembasmian pun telah dilakukan dengan menaruh racun.
”Selain makan bulir gabah, kadang mereka juga mematahkan batang,” ucap Samsudi, yang tengah panen padi jenis serang.
Lahan persawahan di daerah Ngadilangkung biasa tanam dua kali dalam setahun dengan produktivitas sekitar 7 ton per hektar. Sebenarnya, lahan di kawasan itu bisa tiga kali tanam, tetapi petani menghadapi beberapa kendala, salah satunya kurang tenaga kerja sehingga harus bergantian dengan petani lain.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Malang Nasri Abdul W mengatakan, sejauh ini Kabupaten Malang masih surplus beras, termasuk saat panen rendeng kali ini. ”Tahun ini, hingga jelang Idul Fitri, produksi beras Kabupaten Malang 187.972 ton, sedangkan kebutuhan hanya 123.260 ton,” ujarnya.
Sepanjang 2018, Kabupaten Malang surplus beras hingga 78.041 ton. Angka ini meningkat dibanding tahun 2017 yang hanya surplus 75.196 ton. Pada 2018, produksi gabah kering panen 510.000 ton dari luas lahan 72.000 hektar.